Senin, 12 November 2012

Profil Jawa Barat


Profil Jawa Barat
Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Bandung. Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Bagian barat laut provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ibu kota negara Indonesia. Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya Provinsi Banten, yang berada di bagian barat. 
Berikut ini adalah daftar Gubernur Jawa Barat.
No
Foto
Nama
Mulai Jabatan
Akhir Jabatan
Keterangan
1.


2.
1945
1946

3.


4.
1948

5.
1950
6.

1951

5.
1956

6.
1959

7.
1970

8.
1974

9.
1985

10.
1993

11.
13 Juni 2003

12.

13.


A.  Geografis
Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50' - 7°50' LS dan 104°48' - 104°48 BT. Luas wilayah Provinsi Jawa Barat Barat pada tahun 2008 adalah 34.816,96 Km2, terdiri atas 16 kabupaten dan 9 kota. Secara administrasi batas-batas Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :
    Utara        : Laut Jawa
    Timur       : Jawa Tengah
    Selatan     : Samudra Hindia
    Barat        : DKI Jakarta dan Provinsi Banten
Sebagian besar wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat berbatasan dengan laut, sehingga Wilayah Jawa Barat memiliki garis pantai cukup panjang, yaitu 755,83 Km.
Jawa Barat memiliki iklim tropis, selama ini  suhu terendah tercatat 9o C yaitu di Puncak Gunung Pangrango dan suhu tertinggi tercatat 34oC di daerah pantai utara. Tetapi pada bulan Oktober 2008 yang baru saja berlalu, suhu di Jawa Barat sempat mencapai 35 oCelcius selama 3 – 4 pekan lamanya yang hampir merata dialami oleh seluruh daerah di Jawa Barat. Curah hujan rata-rata tahunan di Jawa Barat mencapai 2.000 mm/tahun, namun di beberapa daerah pegunungan bisa mencapai 3.000 - 5.000 mm/tahun. Proses geologi yang terjadi jutaan tahun lalu menyebabkan Provinsi Jawa Barat – dengan  luas 3,7 juta  hektar-  terbagi menjadi  sekitar 60 % daerah bergunung dengan ketinggian antara 500–3.079 meter dpl dan  40 %  daerah dataran yang memiliki variasi tinggi antara 0–500 meter dari permukaan laut . Wilayah pegunungan umumnya menempati bagian tengah dan selatan Jawa Barat. Pada bagian tengah dapat ditemukan gunung-gunung berapi aktif seperti Gunung. Salak  (2.211 m), Gede-Pangrango (3.019 m) , Ciremai (3.078 m) dan Tangkuban Perahu (2.076) berpadu dengan deretan pegunungan yang sudah tidak aktif seperti Gunung Halimun (1.744 m), Gn. Ciparabakti (1.525 m) dan Gn. Cakrabuana (1.721 m). Demikian pula halnya di wilayah selatan, gunung-gunung berapi masih umum dijumpai seperti Gunung Galunggung (2.168 m), Papandayan (2.622 m), dan Guntur (2.249 m); bersama deretan pegunungan yang sudah tidak aktif seperti pegunungan selatan Jawa. Keadaan sebaliknya dijumpai di wilayah utara Jawa Barat yang merupakan daerah dataran sedang hingga  rendah  dengan didominasi oleh dataran aluvial. Daerah daratan Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi beberapa karakter sebagai berikut:
daerah pegunungan curam di bagian selatan dengan ketinggian > 1.500 m dpl,
daerah lereng bukit landai di bagian tengah dengan ketinggian 100-1.500 m dpl.
daerah dataran rendah yang luas di bagian utara dengan ketinggian 0-10 m dpl.

Secara geologis daratan Jawa Barat merupakan bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi.
Menurut Balai Dinas Pengelolaan Air Provinsi Jawa Barat, di Jawa Barat terdapat 40 sungai yang berarti ada 40 Daerah Aliran Sungai (DAS), sebagaimana ditampilkan pada gambar berikut. DAS-DAS tersebut dikelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok DAS. Kelompok yang memiliki area terluas adalah DAS Citarum disusul kemudian oleh Kelompok DAS Cisadane-Cimandiri.
B.  Iklim
Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 °C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 °C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.
          Aspek iklim menunjukkan Jawa Barat merupakan daerah hampir selalu basah dengan curah hujan berkisar antara 1.000 - 6.000 mm, dengan pengecualian untuk daerah pesisir yang berubah menjadi kering pada musim kemarau. Pada daerah selatan dan tengah, intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah utara (gambar 2.4). Sementara untuk Daerah Aliran Sungai (DAS), bagian utara menjadi muara bagi beberapa sungai besar seperti Citarum, Cimanuk, Ciliwung dan Cisadane. Sedangkan di selatan terdapat lebih sedikit sungai besar yang mengalir ke arah Samudra Hindia, yaitu Citanduy dan Cimandiri. Keadaan berbeda juga ditemukan pada perairan laut yang membatasi Jawa Barat. Daerah utara berbatasan dengan Laut Jawa dengan perairan dangkal sementara di selatan bersebelahan dengan Samudra Hindia  yang memiliki perairan dalam.
C.  Penduduk
Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan bahasa Sunda. Di beberapa kota di pesisir utara, dituturkan bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip dengan bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Sebagian Kabupaten Karawang dan sebagian Kota Depok, dan Kabupaten Bogor bagian utara dituturkan bahasa Melayu dialek Betawi. Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan dua identitas; masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah JABOTABEK (sekitar Jakarta) dan masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa. Pada tahun 2002, populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km persegi. Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional Indonesia (2,14% per tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah, dengan 2,02% per tahun.
Tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi terjadi di Kab. Bogor dan Kab. Tasikmalaya. Sebetulnya pertumbuhan penduduk di daerah sekitar Kota Bandung (tadinya termasuk dalam wilayah Kabupaten Bandung) termasuk dalam kategoori tinggi, namun karena adanya pemecahan wilayah Kabupaten Bandung menjadi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, maka secara numerik tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bandung menjadi kecil.


Ditinjau dari tingkat kepadatannya, kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kota Bekasi, yaitu mencapai 36.433 jiwa / Ha dan Kota Cimahi sebesar 33.750 jiwa / Ha. Sedangkan kepadatan penduduk tinggi terdapat di Kota Depok, Bandung, Cirebon, Bogor, yaitu mencapai 12 sampai 22 ribu jiwa / Ha. Daerah dengan kepadatan penduduk relative rendah adalah Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan.

D.   PELAYANAN DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

1.      Struktur Organisasi
Dinas Kesehatan provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008, dengan tupoksi sebagai berikut :
2.      Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Kesehatan provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008, dengan tugas dan fungsi berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 32 Tahun 2009, menjalankan sebagian tugas Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat di Bidang Pembangunan Kesehatan.
3.      Tugas Pokok :
Tugas Pokok Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
4.      Fungsi
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagai dimaksud, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mempunyai fungsi :
·   Menyelenggarakan perumusan dan penetapan kebijakan teknis urusan  bidang kesehatan;
·   Penyelenggaraan urusan kesehatan meliputi regulasi dan kebijakan kesehatan,  pelayanan kesehatan, penyehatan lingkungan dan pencegahan penyakit, serta sumber daya kesehatan
·   Pembinaan dan pelaksanaan tugas-tugas kesehatan meliputi regulasi dan kebijakan kesehatan, pelayanan kesehatan, penyehatan lingkungan dan pencegahan penyakit, serta sumber daya kesehatan;
·   Penyelenggaraan tugas-tugas kesekretariatan;
·   Pengkoordinasian dan pembinaan UPTD
5. Kondisi Organisasi
Dengan diterapkannya Peraturan Pemerintah No 41 tahun 2007 dan PP 38 yang mengatur tentang SOTK Organisasi Perangkat Daerah, maka Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008,telah terbentuk dan secara resmi telah berjalan, walaupun belum lengkap dengan pengaturan UPTD.
          Saat ini, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat berlokasi di Jalan Pasteur no. 25 Bandung.  Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mencakup  gedung perkantoran di Jl. Pasteur no. 25 dan  4 (empat) UPTD, yaitu : Balai Pengembangan Tenaga Kesehatan Masyarakat, (BPTKM) Jl. Pasteur no. 31 Bandung, Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan ( BPLK) Jl. Sederhana no 3 – 5 Bandung, Balai Kesehatan Kerja Masyarakat  (BKKM) Jl. Rancaekek Bandung dan KP4 Jln. Satria no 95 Cirebon.
Jumlah pegawai di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat seluruhnya 567 orang. Dengan uraian  : PNS di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebanyak : 365 orang; PNS di UPTD sebanyak 195 orang, dengan rincian : Balai Pengembangan Tenaga Kesehatan Masyarakat, (BPTKM) : 45 orang, Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan ( BPLK) : 65 orang, Balai Kesehatan Kerja Masyarakat  (BKKM) : 28 orang dan Kantor Pelayanan Pengobatan Penyakit Paru (KP4)   Cirebon : 57 orang; THL/Kamdal sebanyak 7 orang.
Demografi dan kependudukan serta sarana dan tenaga kesehatan
Jumlah Penduduk
42.194.869
Jumlah Kabupaten
17
Jumlah Kota
9
Jumlah Kecamatan
618
Jumlah kelurahan
1798
Jumlah desa
4046
Jumlah Rumah Sakit Pemerintah
53
Jumlah RS swasta
96
Puskesmas
1.017
Pustu
1.534
Posyandu
46231
Laboratorium / Lab.Kes.Da
27
Jumlah Dokter
4723
Jumlah perawat/bidan
25331

6.    Situasi Kesehatan di Provinsi Jawa Barat
Tingkat kesehatan penduduk Jawa Barat terkait masalah lingkungan bisa ditinjau dari banyaknya penduduk yang mengalami sakit yang dirinci menurut jenis penyakitnya, khususnya penyakit yang diakibatkan oleh buruknya kualitas udara. Penyakit-penyakit tersebut antara lain adalah:
Penyakit ISPA seperti batuk, pilek, sesak nafas.
Penyakit kulit, Penyakit perut.
Namun demikian data yang tersedia di Biro Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2007 hanya mendata penderita beberapa jenis penyakit saja, yaitu panas, batuk, pilek dan sesak nafas. Sedangkan data mengenai penderita penyekit kulit dan penyakit perut tidak tersedia.
Kesehatan merupakan karunia Tuhan yang sangat berharga, kebutuhan dasar dan hak bagi setiap Individu, keluarga dan masyarakat seperti dinyatakan dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Oleh karena itu pembangunan kesehatan menjadi kewajiban negara untuk melaksanakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan oleh berbagai sektor di berbagai jenjang pembangunan.
Peningkatan derajat kesehatan akan memberikan sumbangan yang nyata dalam meningkatkan  daya saing bangsa yang dibutuhkan dalam menghadapi era globalisasi. Sebagai konsekuensinya, kesehatan juga perlu diupayakan dan diperjuangkan oleh semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, oleh semua komponen bangsa, di pusat maupun daerah. Paradigma sehat  yang dikumandangkan kembali oleh Depkes adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Paradigma sehat secara makro berarti  bahwa pembangunan semua sektor  harus memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan. Secara mikro berarti bahwa pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Visi Jawa Barat untuk menjadi Provinsi termaju di Indonesia adalah suatu tujuan yang harus dicapai bersama oleh seluruh stakeholder Provinsi Jawa Barat, dan perhatian Pemerintah Propinsi Jawa Barat terhadap pencapaian IPM 80 juga sangat logis karena kesejahteraan masyarakat daerah Jawa Barat harus dibuktikan melalui penguatan pembangunan di bidang Kesehatan, Pendidikan dan Perekonomian Jawa Barat. Kebijakan Pembangunan Jawa Barat sampai tahun 2013 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 54 tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 (Berita Daerah Tahun 2008 Nomor 54 Seri E)
Untuk itu pembangunan kesehatan ditujukan untuk akselerasi pencapaian indek kesehatan, melalui peningkatan Angka Harapan Hidup dengan menurunkan Angka Kematian.  
Pencapaian SPM pelayanan kesehatan dasar dengan 19 indikator hasilnya pada tahun 2008 adalah sebagai berikut :
            HASIL PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN DI JAWA BARAT TAHUN 2008 
NO
JENIS DATA
KEADAAN DI JAWA BARAT
KESENJANGAN
TARGET 2008
PENCAPAIAN 2008
1
K-4
85,1%
79,20%
5,9%
2
LINAKES
84,5%
72,85%
11,65%
3
N-2
85,1%
81,54%
3,56%
4
KEK Ibu Hamil
0%
12%
12%
5
Gizi buruk Balita
1%
1,02%
0.02%
6
UCI Desa
85%
67,37%
7,8%
7
Cakupan penemuan P2TB
70%
68,76%
1,24%
8
Angka kesembuhan P2TB
85%
84,2%
0,8%
9
API Malaria
< 0,1‰
0,582‰

10
IR DBD
< 20/100.000
54,23/100.000
34,23/100.000
11
Yankes Gakin ke Puskesmas
%
33,28%
-
12
Yankes Gakin Ke RS
%
14,51%
-
13
Kepesertaan JPKM
80%
43,81%
36,19%
14
Desa Siaga
30%
41,11%
-
15
Rumah Sehat
70%
57,3%
12,7%
16
Air Bersih
75%
64,68%
10,32%
17
Kakus / Jamban
70%
60,68%
9,32%
18
Air Limbah
70%
53,89
16,11%
19
Penempatan Bidan Di Desa
100%
89,63%
10,37%
7.    Gambaran Penyakit
Berdasarkan laporan Rumah Sakit, penyakit penyebab kematian terbanyak untuk kelompok usia 5–44 tahun adalah Stroke (10,05%)  dan TBC Paru (6,4%).Pada tahun 2007 Jawa Barat masih mendapat ancaman ganda dari berbagai penyakit yang masih menyebabkan kesakitan, kematian dan kecacatan yang muncul kembali,  meningkat kasusnya ( IR ) dan berkembang lokasi yang terkenanya sebagai berikut :
1.   Emerging Desease :
Jenis Data
Keadaan di Jawa Barat 2005-2008
1.    Demam Berdarah Dengue






2.    Kusta
IR meningkat   dari  44,68/100.000 tahun 2005 menjadi 74,45/100.000 tahun 2007, dan turun kembali menjadi  54,23/100.000 tahun 2008,  
CFR  turun dari 1,52 pd tahn 2005 menjadi 0,95 tahun 2007, dan meningkat kembali menjadi 0,99 tahun 2008.
Kab/Kota IR DBD > 20/100.000 berfluktuatif, yaitu  16 kab/kota th 2005, 20 kab/kota th 2006, 23 kab/kota th 2007 dan 20 kab/kota th 2008

Prevalens kusta berfluktuatif : 0.71 / 10.000 tahun 2005, 0,83/10.000 tahun 2006, 0,58/10.000 th 2007 dan 0,62/10.000 th 2008
Jumlah kasus 1.917, RFT 46,22% ( 886 kasus )
      Anthraks (daerah endemis: Bogor, Bekasi, Subang, Purwakarta)

      Rabies
2001 sd 2005 hanya di Bogor, tahun 2006 di Kab Bogor 1 ks dan Depok 8 (  meninggal 1 dr Depok ), tahun 2007 3 kasus di Kab Bogor dan th 2008 = 9 kasus di Kab Bogor.
Th 2005 = 1 ks di Kab Garut, Tahun 2006 =1 ks di Kab Sukabumi,  Tahun 2007 = 6 ks di Kab Garut (5 org), dan 1 ks di Kota Sukabumi, Tahun 2008 = 8 ks di Kab. Sukabumi.
      Leptospirosis
Kab Bandung
Kota Bandung
Kabupaten Bekasi
Tahun 2006  = 12Kasus, Tahun 2007 = 3 kasus, Tahun 2008 = 1 kasus
       Filariasis
Temuan kasus kronis Tahun 2002 sebanyak 56 kasus di 13 Kab/Kota, setiap tahun bertambah kasus dan lokasinya  menjadi   483 kasus di 24 Kab/Kota tahun 2008.

      ISPA
Cakupan pneumonia 48 % tahun 2008, target 86% tahun 2008
            2. Re-Emerging Desease
      Malaria

















      Tuberkulosa Paru
•       Annual Parasite Incidence – 1.423 ‰ tahun 2005, menjadi 0,665 tahun 2007, dan turun kembali pada tahun 2008 menjadi : 0,582 ‰.
•       Daerah HCI ( API > 5 ‰) :
Kec dari 10 pada tahun 2005 menjadi 5 pada tahun 2007Desa dari 22 pada tahun 2005 menjadi 8 pada tahun 2007, dan meningkat lagi menjadi 9 desa tahun 2008
•      Kasus indigenous meningkat dari 47,32% menjadi 65,1% pada tahun 2007, menurun menjadi 56,29 tahun 2008.
•       Kasus import meningkat dari 20,44 % pada tahun 2005 menjadi   23,5 % di tahun 2007, meningkat lagi menjadi 25,8 tahun 2008.
•       Kasus relaps  meningkat signifikan dr 1,42 %  menjadi 3,2 % di thn  2007, meningkat menjadi 6,76 % tahun 2008

·         Tahun 2008 Penemuan suspek 251.860 kasus (  30.064 kasus BTA + ) paling tinggi usia 25-34 tahun sebesar 2286 kasus.
·         CDR : 69,73 % tahun 2008, target 70%
·         Angka kesembuhan 83%, target 85% tahun 2007
3.   New – Emerging Desease
      HIV / AIDS


      AVIAN INFLUENZA
HIV 1.829 kasus, AIDS 2593 kasus ( 60,54% usia 20-29 thn)
Pengguna Jarum suntik 74,89 %, tahun 2008
Penyebaran kasus sudah 26 Kab/Kota
Jumlah kasus  tahun 2005 s/d th 2008  sebanyak 35 kasus dengan CFR sebesar 89,72%
4.   Penyakit Degeneratif
      Penyakit Kardio vaskuler
7862 Kasus  CFR 9,5 tahun 2005 menjadi 19.937 kasus CFR 8,93 (thn 2006)
5.   Penyakit Jiwa
5.    Penyakit Jiwa
23,495 (2002)  meningkat 1½ kali dari tahun 2001 Atau 62 kasus / 100.000 penduduk
Jumlah penderita rawat inap meningkat dari 1488 kasus pada tahun 2004 menjadi 2076 pada tahun 2006 dengan CFR 0,82


E.  Pembangunan

1.      Visi dan Misi Pembangunan dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Visi Pembangunan Jawa Barat Tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 adalah “Dengan Iman dan Taqwa, Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia”.  Visi tersebut diwujudkan melalui 5 (lima) misi pembangunan yaitu :
a.    Mewujudkan kualitas Kehidupan Masyarakat yang berbudaya Ilmu dan Teknologi, Produktif dan Berdaya Saing
b.    Meningkatkan Perekonomian yang Berdaya Saing dan Berbasis Potensi Daerah
c.    Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari
d.    Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik
e.    Mewujudkan Pemerataan Pembangunan yang Berkeadilan
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan tantangan dan peluang serta budaya yang hidup dalam masyarakat, maka  visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013 adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”.


Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong effektifitas dan effisiensi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat sebagai berikut:
a.    Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing
b.    Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional ber Basis Potensi Lokal
c.    Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastuktur Wilayah
d.    Meningkatkan Daya Dukung dan Daya tampung Lingkungan untuk Pembangunan berkelanjutan
e.    Meningkatkan Effektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi
Dinas Kesehatan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkepentingan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena penting actual yang belum dapat diselesaikan pada periode 5 tahun sebelumnya khususnya aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Maka Misi, Tujuan dan Sasaran pembangunan kesehatan adalah Misi 1 yaitu Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing, dengan Tujuan 1 Mendorong Tingkat pendidikan, kesehatan dan kompetisi kerja masyarakat Jawa Barat, dan Tujuan 2 Menjadikan masyarakat Jawa Barat yang sehat, berbudi pekerti luhur serta menguasai ilmu dan teknologi. Sedangkan Sasarannya adalah meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama ibu dan anak.
2.    Visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Dengan mempertimbangkan kesesuaian dan keterkaitan dengan Visi dan Misi Departemen Kesehatan serta Visi Pembangunan dan Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat maka telah disusun Visi Pembangunan Kesehatan Jawa Barat yaitu : Tercapainya Masyarakat  Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”.  
Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat adalah sikap dan kondisi dimana masyarakat Jawa Barat tahu, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalah kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan akibat penyakit, bencana, lingungan dan perilaku yang buruk , serta mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih meningkatkan kesehatannya dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.
Dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan tersebut maka telah dirumuskan Visi Dinas Kesehatan  Jawa Barat sebagai berikut : Akselerator Pencapaian Masyarakat  Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat 
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat harus mempunyai pengetahuan, kemampuan, kemauan, motivasi, etos kerja yang tinggi, dan menguasai teknologi untuk menjadi pendorong, penggerak, fasilitator dan advokator untuk terjadinya akselerasi pembangunan kesehatan di Jawa Barat yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta, sehingga Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat dapat segera tercapai, dan masyarakat Jawa Barat menjadi Sehat.
3.     Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Dalam mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan kedepan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, untuk mencapai Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat, maka rumusan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat telah ditetapkan dalam 4 (empat) Misi yaitu:
1.    Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
2.    Mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
3.    Meningkatkan Sistem Surveilance dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
4.    Menjamin ketersediaan sumber daya manusia dan fasilitas pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas.

Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup daerah Jawa Barat mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Jawa Barat 2005 – 2025. Dalam RPJM tersebut, kebijakan pengelolaan lingkungan hidup merupakan kesatuan dengan kebijakan sumber daya alam. Dalam Misi Jawa Barat, pengelolaan lingkungan hidup termasuk dalam Misi ke 3, yaitu “terwujudnya lingkungan hidup yang asri dan lestari”. Kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup berikut agenda pengelolaan lingkungan hidup tahun 2008 – 2013 yang tercantum dalam RPJMD ditampilkan pada tabel berikut:

Sebetulnya “pendanaan untuk bidang lingkungan” tidak berdiri sendiri. Dalam perencanaan APBD, alokasi dana pembangunan dikelompok-kelompokkan menurut Misi Pembangunan JawaBarat.

Dilihat dari jenis programnya, ada beberapa program pembangunan yang tidak semata-mata bertujuan untuk meningkatkan ataupun mengembalikan kualitas lingkungan hidup; melainkan program tersebut merupakan program pembangunan untuk meningkatkan kessejahteraan masyarakat, namun secara tidak langsung bisa meningkatkan ataupun mengembalikan kondisi lingkungan hidup, antara lain :
Program No. 7   :  Pengembangan Sarana dan Prasarana Perumahan dan Permukiman
Program No. 15 : Pengembangan Usaha dan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan
Program No. 21 : Pengembangan dan Pengelolaan Infrastruktur SDA dan Irigasi
Program No. 23 : Pengembangan Kepariwisataan
Program No. 35 : Penataan Ruang

Disamping itu ada juga program yang benar-benar ditujukan untuk meningkatkan dan mengembalikan kondisi lingkungan hidup yang rusak. Contoh program tersebut adalah:
Program No. 36 : Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Program No. 37 : Peningkatan Efektivitas Pengelolaan dan Konservasi SDA dan LH
Program No. 38 : Pemantapan Kawasan Lindung
Berdasarkan data, besarnya anggaran untuk program pemulihan kualitas lingkungan di Jawa Barat selama 5 tahun terakhir tidak pernah lebih dari 2,25 % dari seluruh anggaran pembangunan daerah.  Bahkan ada kecenderungan menurun. Jika tahun 2003 mendapat jatah 2,24 % dari total anggaran pembangunan, tahun 2008 hanya mendapatkan 1,25 % dari total anggaran pembangunan.
Upaya mewujudkan fungsi 45% Kawasan Lindung Jawa Barat pada Tahun 2010, telah berjalan selama empat tahun melalui kegiatan rehabiliasi lahan kritis dan penandaan batas kawasan lindung. Upaya rehabilitasi lahan kritis antara lain dilakukan melalui GRLK (Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis). Sisa lahan kritis sampai tahun 2007 mencapai 202.130,05 ha. Sementara untuk kegiatan penandaan batas telah dilaksanakan sepanjang 1.040 m selama tiga tahun dan dapat diselesaikan tahun 2007. Dari aspek kualitas udara perkotaan, tingkat aktivitas yang cukup tinggi terutama di daerah perkotaan yang mengakibatkan polusi udara yang cukup memprihatinkan. Kontribusi gas buang kendaraan bermotor terhadap polusi udara telah mencapai 60-70%. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada saat ini semakin banyak industri yang mulai menggunakan batu bara sebagai sumber energi yang berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara.
Sampai dengan tahun 2007, kualitas air sungai di Jawa Barat masih memperlihatkan kondisi yang memperihatinkan. Pencemaran sumberdaya air oleh industri maupun domestik menyebabkan kualitas air tersebut menjadi semakin buruk. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 7 sungai utama yaitu Cimanuk, Citarum, Cisadane, Kali Bekasi, Ciliwung, Citanduy dan Cilamaya, kesemuanya menunjukan status mutu D atau kondisi sangat buruk.
Demikian pula halnya dengan kondisi air tanah. Pengambilan air tanah yang meningkat dari tahun ke tahun berimplikasi terhadap penurunan muka air tanah. Penurunan muka air tanah secara drastis terutama terjadi di Cekungan Bandung yang mencapai penurunan sekitar 2 – 5 m per tahun.
Persoalan lingkungan lainnya yang dihadapi di Jawa Barat adalah belum tertanganinya kerusakan kawasan pesisir. Di wilayah pesisir utara Jawa Barat, kerusakan kawasan ditandai oleh kerusakan hutan bakau, abarasi pantai, serta pendangkalan muara sungai yang berdampak pada aktivitas lalulintas perahu. Tingkat abrasi yang terjadi di pantai selatan sekitar 35,35 ha/tahun dan di pantai utara sekitar 370,3 ha/tahun dengan indeks pencemar air laut antara 7,391-9,843 yang menunjukan sudah tercemar berat.
Luas wilayah Jawa Barat 3.647.392 Ha apabila dikaitkan dengan kondisi  kemiringan lereng/topografi, sifat tanah dan curah hujan, menunjukan wilayah rawan bencana, sehingga Jawa Barat memerlukan kawasan lindung seluas 45%.
Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2007 sekitar 41.483.729 juta jiwa (Statistik Pembangunan Gubernur Jawa Barat, 2008) dengan laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat adalah 1,83% per tahun, sehingga diperkirakan pada tahun 2010 jumlah penduduk akan menjadi 44 juta jiwa. Lebih dari 50% jumlah penduduk terkonsentrasi di perkotaan khususnya kota besar seperti di wilayah Bandung Raya, Bogor-Depok-Bekasi (BODEBEK) dan Cirebon.
Di sisi lain pertambahan penduduk dengan segala aktifitasnya yang dikhawatirkan melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungannya, sehingga akan semakin mempercepat kerusakan lingkungan dan pada akhirnya akan berdampak buruk terhadap manusia dan mahluk hidup lainnya. Oleh karena itu dengan luasan kawasan lindung 45% dapat terpenuhi, maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat, dengan didukung peningkatan luas kawasan budidaya yang lebih produkstif sebesar 55%.


F.  Objek wisata
Objek-objek wisata yang menarik dan banyak dikunjungi di daerah Jawa Barat:
Ø  Kawah Putih, Ciwidey, Kabupaten Bandung
Ø  Situ Patenggang, Rancabali, Kabupaten Bandung
Ø  Observatorium Bosscha, Lembang,Kabupaten Bandung Barat
Ø  Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda,Lembang, Kabupaten Bandung Barat
Ø  Kebun Raya Bogor, Kota Bogor
Ø  Talaga Warna, Puncak, Kabupaten Bogor
Ø  Taman Safari Indonesia,Cisarua,Kabupaten Bogor
Ø  Taman Wisata Mekarsari, Kabupaten Bogor
Ø  Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis
Ø  Curug Cibeureum, Cipanas, Kabupaten Cianjur
Ø  Puncak, Kabupaten Bogor - Kabupaten Cianjur
Ø  Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur
Ø  Taman Bunga Nusantara, Kabupaten Cianjur
Ø  Taman Wisata Gunung Gede Pangrango,Cipanas, Cianjur, Kabupaten Cianjur
Ø  Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur
Ø  Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon
Ø  Keraton Kanoman, Kota Cirebon
Ø  Keraton Kacirebonan,Kota Cirebon
Ø  Keraton Kaprabonan, Kota Cirebon
Ø  Taman Air Sunyaragi, Kota Cirebon
Ø  Plangon, Kabupaten Cirebon
Ø  Belawa, Kabupaten Cirebon
Ø  Trusmi, Kabupaten Cirebon
Ø  Wanawisata Ciwaringin, Kabupaten Cirebon
Ø  Cikalahang, Kabupaten Cirebon
Ø  Cipanas, Kabupaten Garut
Ø  Bendungan Walahar, Klari, Kabupaten Karawang
Ø  Curug Bandung, Tegal Waru, Kabupaten Karawang
Ø  Curug Cigeuntis, Tegal Waru, Kabupaten Karawang
Ø  Curug Cipanundaan, Tegal Waru,Kabupaten Karawang
Ø  Pantai Muara Baru, Cilamaya Wetan,Kabupaten Karawang
Ø  Pantai Pakis Jaya, Pakis Jaya,Kabupaten Karawang
Ø  Pantai Samudera Baru, Pedes,Kabupaten Karawang
Ø  Pantai Tanjung Baru, Tempuran,Kabupaten Karawang
Ø  Pantai Tirtamaya, Juntinyuat, Kabupaten Indramayu
Ø  Linggarjati, Kabupaten Kuningan
Ø  Candi Jiwa, di Percandian Batujaya, Karawang
Ø  Candi Blandongan di Percandian Batujaya, Karawang
Ø  Waduk Darma, Kabupaten Kuningan
Ø  Curug Putri, Kabupaten Kuningan
Ø  Lembah Cilengkrang, Kabupaten Kuningan
Ø  Liang Panas, Kabupaten Kuningan
Ø  Sidomba, Kabupaten Kuningan
Ø  Curug Landung, Kabupaten Kuningan
Ø  Situ Cicerem, Kabupaten Kuningan
Ø  Paseban, Kabupaten Kuningan
Ø  Cigugur, Kabupaten Kuningan
Ø  Hutan Kota, Kabupaten Kuningan
Ø  Kebun Raya Kuningan, Kabupaten Kuningan
Ø  Paniis, Kabupaten Kuningan
Ø  Palutungan, Kabupaten Kuningan
Ø  Curug Muara Jaya, Kabupaten Majalengka
Ø  Situ Sangiang, Kabupaten Majalengka
Ø  Taman Buana Marga, Kabupaten Majalengka
Ø  Tirta Indah, Kabupaten Majalengka
Ø  Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta
Ø  Ciater, Kabupaten Subang
Ø  Gunung Tangkuban Perahu, Kabupaten Subang
Ø  Pantai Blanakan, Blanakan, Kabupaten Subang
Ø  Pantai Pondok Bali, Legon Kulon,Kabupaten Subang
Ø  Penangkaran Buaya, Blanakan,Kabupaten Subang
Ø  Pantai Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi
Ø  Pantai Ujung Genteng, Ciracap,Kabupaten Sukabumi
Ø  Kampung Toga, Kabupaten Sumedang
Ø  Museum Prabu Geusan Ulun, Kabupaten Sumedang
Ø  Situ Gede, Kota Tasikmalaya
Ø  Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya
Ø  Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya
Ø  Situ Bagendit, Kabupaten Garut
Ø  Pantai Santolo, Kabupaten Garut
Ø  Pantai Rancabuaya, Kabupaten Garut
Ø  Curug Cimahi, Kabupaten Bandung Barat
Ø  Situ Ciburuy, Kabupaten Bandung Barat
Ø  Masjid Dian Al-Mahri, Kota Depok
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat

G.  Sumber Daya Alam
Deskripsi Sumber Daya Alam wilayah JAWA BARAT
Sumber daya alam Jawa Barat cukup melimpah. Provinsi ini pada tahun 2006 memilikilahan sawah ber-irigasi teknis seluas 380.996 ha, sementara sawah ber irigasi setengah teknis 116,443 ha, dan sawah beririgasi non teknis seluas 428.461 ha. Total saluran irigasi di Jawa Barat sepanjang 9.488.623 km. Sawah-sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 9.418.882 ton padi, terdiri atas 9,103.800 ton padi sawah clan 315.082 ton padi ladang.Di antara tanaman palawija, pada 2006 ketela pohon menempati urutan pertama. Produksi palawija mencapai 2.044.674 ton dengan produktivitas 179,28 kuintal per ha, Kendati demikian,luas tanam terluas adalah untuk komoditas jagung yang mencapai 148.505 ha, Jawa Barat jugamenghasilkan hortikultura terdiri dari 2.938.624 ton sayur mayur, 3.193.744 ton buah buahan,dan 159.871 ton tanamanobat/biofarmaka.Hutan di Jawa Barat juga luas, mencapai 764.387,59 ha atau 20,62% dari total luas provinsi, terdiri dari hutan produksi seluas 362.980.40 ha (9,79%), hutan lindung seluas228.727,11 ha (6,17%), dan hutan konservasi seluas 172.680 ha (4,63%). Pemerintah jugamenaruh perhatian serius pada hutan mangrove yang mencapai 40.129,89 ha, tersebar di 10kabupaten yang mempunyai pantai. Selain itu semua, ada lagi satu hutan lindung seluas32.313,59 ha yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit III jawa Barat dan Banten.Dari hutan produksi yang dimilikinya, pada 2006 Jawa Barat memetik hasil 200.675 m³kayu, meskipun kebutuhan kayu di provinsi ini setiap tahun sekitar 4 juta m³. Sampai 2006, luashutan rakyat 214.892 ha dengan produksi kayu sekitar 893.851,75 m³. Jawa Barat jugamenghasilkan hasil hutan non kayu cukup potensial dikembangkan sebagai aneka usahakehutanan, antara lain sutera alat jamur, pinus, gerah damar, kayu putih, rotan, bambu, dansarang burung walet.

H.  Biogeografi
Spoiler: adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha untuk menjelaskan distribusi organisme di permukaan bumi. Di Jawa Barat terdapat flora dan fauna yang khas.


1.Jalak Kerbau
Ciri-ciri
Tubuhnya berukuran sedang ± 25 cm. Bulu abu-abu tua ham-pir hitam,kecuali bercak pu-tih pada bulu primer (terlihat mencolok sewaktu terbang) serta tunggir dan ujung ekor putih. Jambul pendek. Iris jingga, paruh dan kaki kuning. Burung re-maja/muda lebih coklat.
Habitat dan Penyebaran
Secara global di Asia Timur, Asia Tenggara kecuali semenanjung Malaysia, Jawa, Bali dan Sulawesi serta diintroduksi ke Sumatera.
Mencari makan di atas tanah, lapangan rumput, dan sawah. Sering hinggap di atas atau dekat sapi atau kerbau, menangkap serangga yang terhalau atau tertarik ternak tersebut.

Makanan
Makanan terutama berupa serangga dan invertebrata lain
Perkembangbiakan
Berkembang biak sekitar bulan Mei sampai November, dengan jumlah telur antara 2 – 3 butir setiap pengerama

2.Lele
Ciri-ciri
Bentuk badan lonjong. Kepala pipih. Kepala ditutupi tulang keras dan mempunyai tonjolan-tonjolan halus. Di sekitar moncong mu-lutnya terdapat empat pasang kumis. Badannya tidak bersisik dan kulitnya licin. Warna hijau gelap, punggung berwarna licin keco-klatan, dan bagian bawah badannya lebih terang. Panjang badan mencapai 40 cm, umumnya sekitar 20-25 cm.
Habitat dan Penyebaran
Hidup di perairan tawar, sungai-sungai di semua provinsi mulai Irian Jaya sampai Aceh dan Asia. Ikan ini sudah dibudidayakan di kolam atau bak-bak tembok.
Makanan
Memakan berbagai jenis pakan baik binatang hidup seperti anak katak, cacing tanah , cacing air (tubifex), daphnia atau monia dan rayap maupun hewan mati dan bagian-bagiannya.

Perkembangbiakan
Dengan bertelur, mula-mula ikan yang berlainan jenis berenang berpasangan sambil menari-nari. Pelepasaan telur dari induk betina diikuti pelepasan sperma oleh induk jantan, lalu terjadi pemijahan di dalam air (pemijahan eksternal). Telur yang dibuahi akan menetas dalam waktu 20 jam. Induk betina akan berjaga di sarang sampai anak lele mandiri, sedangkan induk jantan langsung pergi setelah pemijahan. Seekor betina dapat menghasilkan 1 000 – 4 000 butir telur setiap kali pemijahan.

3.Petrakomala

Ciri-ciri
Perdu atau pohon kecil dan tingginya mencapai 5 m. Cabang tidak berduri atau dengan duri-duri yang lurus.Daun majemuk menyirip ganda, panjang rakis 10 – 40 cm dengan 5 – 9 pasang sirip daun, daun penumpu mendapus. Anak daun saling berhadapan dengan jumlah 6 – 12 pasang anak daun pada setiap sirip. Perbungaan di ketiak atau di ujung-ujung ranting, berbentuk malai atau tandan. Bunga berkelamin dua, mahkota bunga merah atau kuning. Buah polong dengan 8 – 12 biji. Biji berwarna coklat atau hitam.
Pembudidayaan
Petrakomala biasanya tumbuh di daerah dekat pantai dan menyukai iklim kering musiman. Tanaman ini pada umumnya ditanam di halaman-halaman rumah, taman-taman dan di pinggir-pinggir jalan. Cara perbanyakkan biasanya dilakukan dengan mengecambahkan bijinya. Biji mulai berkecambah setelah 2 minggu di dalam mediumperkecambahan yang berupa tanah atau pasir.

4. Senggang

Ciri-ciri
Umur tanaman senggang sekitar 1 tahun dengan tinggi ± 1 meter. Daunnya bertangkai panjang, berbentuk belah ketupat dan rasanya pahit. Tumbukan daunnya dapat digunakan sebagai obat bisul dan bronkitis.

Deskripsi
Umur tanaman sekitar 1 tahun, dengan tinggi ± 1 m. Daun bertangkai panjang, berbentuk belah ketupat dan asanya pahit

Penggunaan
Tumbukan daun sebagai obat bisul,dan bronchitis, dan sebagai obat radang tenggoroka


I.     Sosioantropologi

Sosioantropologi adalah penggabungan kedua cabang ilmu social, yaitu Antropologi dan Sosiologi.
Antropologi adalah cabang ilmu social yang mempelajari budaya masyarakat suatu etnis tertentu, sedangkan Sosiologi adalah cabang imu social yang lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya seperti kesenian tradisional, kehidupan, dan interaksi sosialnya.

1. KEBUDAYAAN
Jawa Barat yang terkenal dengan budaya sunda, budaya sunda terasa kental sekali melekat pada masyarakat jawa barat mulai dari bahasa daerahnya yang unik, tarian jaipongnya yang sudah terkenal dan wayang goleknya yang juga unik dan mengagumkan. Dan yang tidak kalah mengagumkan adalah angklung, yaitu sejenis alat musik yang terbuat dari bambu yang menghasilkan suara khas yang tiada duanya
Ciri khas daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memperkokoh ke-bhinekatunggalika-an bangsa Indonesia. Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang berbatasan sekaligus penyangga Ibu Kota Negara RI pada hakekatnya mengemban tugas untuk menampilkan diri yang dapat memberi gambaran sebagai salah satu wajah Indonesia yang didominasi dengan nuansa budaya Sunda. Oleh sebab itu, selain sebagai penyangga ibu kota Negara, Jawa Baratpun pada event-event tertentu selalu menjadi barometer bagi daerah-daerah provinsi lainnya.
Di kota-kota besar Jawa Barat, dalam rangka menuju era globalisasi, intensitas budaya tampil engan cirri khasnya masing-masing. Mereka ada, berkegiatan, dan terus menggali serta menciptakan sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan zaman. Potensi tersebut tentu saja harus diperthankan serta dikembangkan untuk membentuk karakter masyarakatnya, serta untuk mengukuhkan cirri budaya mesyarakatnya. Ciri-ciri budaya itu bisa saja terbangun dari adapt istiadatnya, penggunaan bahasa, penggunaan perkakas di lingkungan keluarga, mata pencaharian, produksi dari peradaban setempat, serta karakter yang terbersit dari manusianya itu sendiri.
Ciri-ciri potensi kebudayaan tersebut seyogyanya mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah serta berbagai pihak, karena di tangan merekalah potensi budaya serta kemasyarakatan Jawa Barat akan tetap eksis bahkan terdokumentasikan. Mengingat pesatnya arus budaya luar melanda kota-kota di Jawa Barat, maka dikhawatirkan keberadaan potensi-potensi masyarakat Jawa Barat tersenut akan tersisih.
J.    Sosial Budaya dan Sٍejarah Jawa Barat
Jawa Barat memiliki potensi pariwisata yang begitu beragam, baik dari sisi produk wisata maupun pasar wisatawan. Dengan alam dan budaya yang dimiliki, Jawa Barat menawarkan berbagai daya tarik wisata. Potensi pasar wisatawan Jawa Barat juga tidak kalah besarnya. Kedekatan Jawa Barat dengan provinsi-provinsi berpenduduk banyak dan sudah berkembang menjadikan Jawa Barat kaya akan sumber pasar wisatawan.
Produk wisata Jawa Barat memiliki keragaman, baik daya tarik wisata maupun fasilitas penunjang yang didukung jaringan transportasi dan infrastruktur yang terus berkembang sehingga mempermudah aksesibilitas dan kenyamanan dalam berwisata.
Daya tarik wisata Jawa Barat terdiri dari daya tarik yang bersifat tangible (berwujud), seperti daya tarik wisata gunung, rimba, laut, pantai, sungai (GURILAPS) dan museum. Yang bersifat intangible (tidak terwujud), seperti sejarah, seni, budaya masyarakat tradisional, maupun events (peristiwa pariwisata).
Masyarakat Jawa Barat yang agamis dan memiliki tatanan serta berbagai ciri warisan budaya khas dan nilai-nilai tradisional yang masih tetap dipertahankan merupakan potensi yang sangat besar bagi pengembangan pariwisata Jawa Barat. Kampung-kampung tradisional, tempat hidup dan tinggalnya masyarakat tradisional Jawa Barat, juga merupakan daya tarik wisata yang tidak kalah menariknya. Perkampungan tradisional di Jawa Barat yang tersebar di 7 (tujuh) Kabupaten mempunyai budaya tradisional yang khas sehingga memperkaya keragaman daya tarik wisata Jawa Barat.
Kebudayaan Jawa Barat lainnya yang muncul di masyarakat adalah alat musik tradisional yang sebagian besar terbuat dari kayu dan bambu, seperti angklung, pertunjukan kesenian khas Jawa Barat seperti celempungan, upacara pertanian Nyi Pohaci Sanghyang Sri, ujungan, wayang golek, wayang beber, dan wayang kulit. Kerajinan-kerajinan khas Jawa Barat yang sudah dikenal sejak jaman kerajaan bahkan zaman pra sejarah, seperti kerajinan anyaman yang saat ini masih berkembang di Tasikmalaya, gerabah di Purwakarta, batik di Garut dan Cirebon, merupakan warisan budaya yang bernilai tinggi bagi Jawa Barat.
Jawa Barat juga kaya akan event-event pariwisata yang diselenggarakan di beberapa Kabupaten/Kota setiap tahun, bagi yang termasuk dalam core-event maupun supporting event. Hari jadi kabupaten/kota pada umumnya diselenggarakan setiap tahun di daerah masing-masing yang dimeriahkan oleh pawai, yang dikenal dengan nama pawai alegoris.
Event-event lainnya yang juga dilaksanakan secara besar-besaran adalah peristiwa peringatan hari-hari besar keagamaan, seperti Muludan (Panjang Jimat) dan Rajaban di Cirebon. Upacara-upacara adat yang terkait dengan mata pencaharian penduduk, seperti Pesta Laut//Nadran di Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya, dan Karawang. Upacara Ngarot di Indramayu adalah merupakan upacara memberi air pada sawah yang dilanda kekeringan. Festival Internasional Layang-layang yang diselenggarakan di Pantai Pangandaran merupakan event yang cukup besar dan sangat menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Keragaman budaya yang dimiliki masyarakat Jawa Barat ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan pariwisata yang bercirikan lokal, yang dapat memperkuat citra pariwisata Jawa Barat.
Sejarah tidak hanya mencakup budaya dan proses perkembangan suatu masyarakat, tetapi juga termasuk sejarah pembentukan alam. Sejarah alam Jawa Barat yang dimulai bersamaan dengan terbentuknya Paparan Sunda pada zaman Plestosen (sekitar 3 -10 juta tahun yang lalu) menjadikan jawa Barat kaya akan fosil-fosilhewan purba yang ditemukan di beberapa jalur yang dilalui hewan purba untuk bermigrasi akibat peristiwa alam yang terjadi. Beberapa fosil hewan purba yang sudah ditemukan di Jawa Barat terdapat di Kota Bekasi (fosil tanduk kepala kerbau) dan Kabupaten Ciamis (fosil rahang dan tulang kaki stegodon, fosil taring kuda nil, fosiltulang kaki banteng).
Sejarah alam lainnya yang juga penting bagi Jawa Barat adalah terbentuknya Danau Bandung akibat letusan Gunung Tangkuban Perahu sekitar 125.000 tahun yang lalu, serta munculnya dataran-dataran tinggi dan rendah di Jawa Barat yang dimulai pada akhir zaman Miosen dan berakhir pada zaman Pliosen. Sejarah alam inilah yang membentuk kondisi fisik alam Jawa Barat pada saat ini.
Sejarah budaya Jawa Barat tidak kalah menariknya dengan sejarah alam, walaupun pembabakan sejarah budaya Jawa Barat masih terus diteliti lebih lanjut, terkait dengan penemuan arkeologis dalam lima tahun belakangan ini, seperti Candi Jiwa di Karawang dan Candi Bojong Menje di Kabupaten Bandung (Rancaekek), yang berumur lebih tua daripada Candi Borobudur.
Sejarah budaya Jawa Barat yang dimulai sejak masa prasejarah, 2 juta hingga 2000 juta tahun yang lalu, menjadi daya tarik budaya yang khas, dengan ditemukannya fosil pithecanthropus erectus beserta peralatan hidup nomadennya berupa kapak perimbas di Tasikmalaya dan Ciamis. Peninggalan sejarah budaya Jawa Barat lainnya yang menunjukkan perkembangan dari pola hidup nomaden menjadi pola hidup menetap adalah kubur peti batu di Kuningan serta punden berundak situs Gunung Padang di Cianjur.
Peninggalan masa sejarah Jawa Barat yang menunjukkan pengaruh Hindu dan Budha yang begitu kuat pada masa itu juga merupakan hal yang sangat menarik. Ditemukannya naskah kuno Carita Parahyangan yang menyebutkan berdirinya Kerajaan Tarumanegara di sebelah barat Sungai Citarum pada tahun 358 M, Prasasti Sanghyang Tapak di Cibadak (Sukabumi), menjadi bukti sejarah kerajaan-kerajaan Jawa Barat. Bukti lainnya yang memperkuat sejarah kerajaan di Jawa Barat adalah Prasasti Tugu, Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, dan Prasasti Pasir Jambu.
Sejarah penyebaran agama Islam di Jawa Barat juga meninggalkan buku ­buku yang sampai kini masih dipertahankan keberadaannya, seperti bangunan dan kehidupan keraton maupun ragam hias, dan ornamen flora yang menjadi ciri khas seni bangunan Jawa Barat. Keraton-keraton yang merupakan pusat pemerintahan pada masa penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Sampai saat ini yang masih memiliki pengaruh cukup kuat di masyarakat adalah Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan di Cirebon.
Penggunaan ragam hias seperti sulur, tumpal, dan kepala ayam jantan pada wuwungan atau bubungan atap pada bangunan-bangunan baru, selain menunjukkan ciri khas seni bangunan Jawa Barat, juga diyakini sebagai penolak bala. Ornamen lainnya yang hingga kini masih digunakan adalah “momolo”, yaitu ornamen yang digunakan pada puncak atap bangunan mesjid dan keraton. Momolo merupakan peninggalan pengaruh Hindu pada masa penyebaran islam di Jawa Barat. Momolo diyakini sebagai tempat bersemayamnya para dewa dalam cerita Hindu.
Masa perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia juga meninggalkan beberapa bukti sejarah di Jawa Barat di Rengasdengklok, Karawang, sebagai salah satu pangkal perjuangan kemerdekaan, terdapat tempat “disembunyikan” sementara dua tokoh pemimpin pejuang kemerdekaan Soekarno dan Hatta menjelang disusunnya naskah proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 di Jakarta. Tempat berlangsungnya Perundingan Linggarjati antara Indonesia dan Belanda pada tahun 1947 dijadikan museum di Kuningan.
Gedung Merdeka, tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, saat ini menjadi salah satu museum di Kota Bandung. Peristiwa “Bandung Lautan Api” yang merupakan peristiwa pembakaran daerah (bumi hangus) Bandung Selatan oleh pejuang-pejuang Jawa Barat karena tidak rela daerah mereka diduduki oleh penjajah juga menjadi daya tarik sejarah Jawa Barat.
Kekayaan sejarah Jawa Barat beserta peninggalannya yang begitu beragam dan khas merupakan potensi yang besar bagi pariwisata Jawa Barat. Pengemasan cerita sejarah melalui interpretasi yang baik dan menarik dapat meningkatkan nilai tambah daya tarik wisata sejarah Jawa Barat dan tentu saja merupakan potensi untuk menjaring wisatawan dalam jumlah yang lebih banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar