Profil Jawa Barat
Jawa Barat adalah
sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota
Bandung. Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan
Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor :
378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Jawa
Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Bagian
barat laut provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, ibu kota negara Indonesia. Pada tahun 2000, Provinsi Jawa
Barat dimekarkan dengan berdirinya Provinsi Banten, yang berada di bagian
barat.
No
|
Foto
|
Nama
|
Mulai Jabatan
|
Akhir Jabatan
|
Keterangan
|
1.
|
|||||
2.
|
1945
|
1946
|
|||
3.
|
|||||
4.
|
1948
|
||||
5.
|
1950
|
||||
6.
|
1951
|
||||
5.
|
1956
|
||||
6.
|
1959
|
||||
7.
|
1970
|
||||
8.
|
1974
|
||||
9.
|
1985
|
||||
10.
|
1993
|
||||
11.
|
13 Juni 2003
|
||||
12.
|
|||||
13.
|
A. Geografis
Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50' - 7°50' LS
dan 104°48' - 104°48 BT. Luas wilayah Provinsi Jawa Barat Barat pada tahun 2008
adalah 34.816,96 Km2, terdiri atas 16 kabupaten dan 9 kota. Secara administrasi
batas-batas Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :
Utara : Laut
Jawa
Timur : Jawa
Tengah
Selatan :
Samudra Hindia
Barat :
DKI Jakarta dan Provinsi Banten
Sebagian besar
wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat berbatasan dengan laut, sehingga Wilayah
Jawa Barat memiliki garis pantai cukup panjang, yaitu 755,83 Km.
Jawa Barat memiliki iklim tropis, selama ini suhu terendah tercatat 9o C yaitu di Puncak Gunung Pangrango dan suhu tertinggi tercatat 34oC di daerah pantai utara. Tetapi pada bulan Oktober 2008 yang baru saja berlalu, suhu di Jawa Barat sempat mencapai 35 oCelcius selama 3 – 4 pekan lamanya yang hampir merata dialami oleh seluruh daerah di Jawa Barat. Curah hujan rata-rata tahunan di Jawa Barat mencapai 2.000 mm/tahun, namun di beberapa daerah pegunungan bisa mencapai 3.000 - 5.000 mm/tahun. Proses geologi yang terjadi jutaan tahun lalu menyebabkan Provinsi Jawa Barat – dengan luas 3,7 juta hektar- terbagi menjadi sekitar 60 % daerah bergunung dengan ketinggian antara 500–3.079 meter dpl dan 40 % daerah dataran yang memiliki variasi tinggi antara 0–500 meter dari permukaan laut . Wilayah pegunungan umumnya menempati bagian tengah dan selatan Jawa Barat. Pada bagian tengah dapat ditemukan gunung-gunung berapi aktif seperti Gunung. Salak (2.211 m), Gede-Pangrango (3.019 m) , Ciremai (3.078 m) dan Tangkuban Perahu (2.076) berpadu dengan deretan pegunungan yang sudah tidak aktif seperti Gunung Halimun (1.744 m), Gn. Ciparabakti (1.525 m) dan Gn. Cakrabuana (1.721 m). Demikian pula halnya di wilayah selatan, gunung-gunung berapi masih umum dijumpai seperti Gunung Galunggung (2.168 m), Papandayan (2.622 m), dan Guntur (2.249 m); bersama deretan pegunungan yang sudah tidak aktif seperti pegunungan selatan Jawa. Keadaan sebaliknya dijumpai di wilayah utara Jawa Barat yang merupakan daerah dataran sedang hingga rendah dengan didominasi oleh dataran aluvial. Daerah daratan Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi beberapa karakter sebagai berikut:
Jawa Barat memiliki iklim tropis, selama ini suhu terendah tercatat 9o C yaitu di Puncak Gunung Pangrango dan suhu tertinggi tercatat 34oC di daerah pantai utara. Tetapi pada bulan Oktober 2008 yang baru saja berlalu, suhu di Jawa Barat sempat mencapai 35 oCelcius selama 3 – 4 pekan lamanya yang hampir merata dialami oleh seluruh daerah di Jawa Barat. Curah hujan rata-rata tahunan di Jawa Barat mencapai 2.000 mm/tahun, namun di beberapa daerah pegunungan bisa mencapai 3.000 - 5.000 mm/tahun. Proses geologi yang terjadi jutaan tahun lalu menyebabkan Provinsi Jawa Barat – dengan luas 3,7 juta hektar- terbagi menjadi sekitar 60 % daerah bergunung dengan ketinggian antara 500–3.079 meter dpl dan 40 % daerah dataran yang memiliki variasi tinggi antara 0–500 meter dari permukaan laut . Wilayah pegunungan umumnya menempati bagian tengah dan selatan Jawa Barat. Pada bagian tengah dapat ditemukan gunung-gunung berapi aktif seperti Gunung. Salak (2.211 m), Gede-Pangrango (3.019 m) , Ciremai (3.078 m) dan Tangkuban Perahu (2.076) berpadu dengan deretan pegunungan yang sudah tidak aktif seperti Gunung Halimun (1.744 m), Gn. Ciparabakti (1.525 m) dan Gn. Cakrabuana (1.721 m). Demikian pula halnya di wilayah selatan, gunung-gunung berapi masih umum dijumpai seperti Gunung Galunggung (2.168 m), Papandayan (2.622 m), dan Guntur (2.249 m); bersama deretan pegunungan yang sudah tidak aktif seperti pegunungan selatan Jawa. Keadaan sebaliknya dijumpai di wilayah utara Jawa Barat yang merupakan daerah dataran sedang hingga rendah dengan didominasi oleh dataran aluvial. Daerah daratan Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi beberapa karakter sebagai berikut:
daerah pegunungan curam di bagian selatan dengan
ketinggian > 1.500 m dpl,
daerah lereng bukit landai di bagian tengah dengan
ketinggian 100-1.500 m dpl.
daerah dataran rendah yang luas di bagian utara dengan
ketinggian 0-10 m dpl.
Secara geologis daratan Jawa Barat merupakan bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi.
Menurut Balai
Dinas Pengelolaan Air Provinsi Jawa Barat, di Jawa Barat terdapat 40 sungai
yang berarti ada 40 Daerah Aliran Sungai (DAS), sebagaimana ditampilkan pada
gambar berikut. DAS-DAS tersebut dikelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok
DAS. Kelompok yang memiliki area terluas adalah DAS Citarum disusul kemudian
oleh Kelompok DAS Cisadane-Cimandiri.
B. Iklim
Iklim di Jawa Barat adalah tropis,
dengan suhu 9 °C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 °C di Pantai
Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah
pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.
Aspek
iklim menunjukkan Jawa Barat merupakan daerah hampir selalu basah dengan curah
hujan berkisar antara 1.000 - 6.000 mm, dengan pengecualian untuk daerah
pesisir yang berubah menjadi kering pada musim kemarau. Pada daerah selatan dan
tengah, intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah utara (gambar
2.4). Sementara untuk Daerah Aliran Sungai (DAS), bagian utara menjadi muara
bagi beberapa sungai besar seperti Citarum, Cimanuk, Ciliwung dan Cisadane.
Sedangkan di selatan terdapat lebih sedikit sungai besar yang mengalir ke arah
Samudra Hindia, yaitu Citanduy dan Cimandiri. Keadaan berbeda juga ditemukan
pada perairan laut yang membatasi Jawa Barat. Daerah utara berbatasan dengan
Laut Jawa dengan perairan dangkal sementara di selatan bersebelahan dengan
Samudra Hindia yang memiliki perairan dalam.
C. Penduduk
Sebagian besar penduduk Jawa Barat
adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan bahasa Sunda. Di beberapa
kota di pesisir utara, dituturkan bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip
dengan bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di daerah perbatasan dengan
DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi,
Sebagian Kabupaten Karawang dan sebagian Kota Depok,
dan Kabupaten Bogor bagian utara dituturkan bahasa Melayu dialek Betawi.
Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan dua identitas; masyarakat
urban yang sebagian besar tinggal di wilayah JABOTABEK (sekitar Jakarta) dan
masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa. Pada tahun 2002,
populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan
penduduk 1.033 jika/km persegi. Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional
Indonesia (2,14% per tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah,
dengan 2,02% per tahun.
Tingkat
pertumbuhan yang cukup tinggi terjadi di Kab. Bogor dan Kab. Tasikmalaya.
Sebetulnya pertumbuhan penduduk di daerah sekitar Kota Bandung (tadinya
termasuk dalam wilayah Kabupaten Bandung) termasuk dalam kategoori tinggi,
namun karena adanya pemecahan wilayah Kabupaten Bandung menjadi Kabupaten
Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, maka secara numerik tingkat pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Bandung menjadi kecil.
Ditinjau dari
tingkat kepadatannya, kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kota Bekasi,
yaitu mencapai 36.433 jiwa / Ha dan Kota Cimahi sebesar 33.750 jiwa / Ha.
Sedangkan kepadatan penduduk tinggi terdapat di Kota Depok, Bandung, Cirebon,
Bogor, yaitu mencapai 12 sampai 22 ribu jiwa / Ha. Daerah dengan kepadatan
penduduk relative rendah adalah Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan.
D.
PELAYANAN DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT
1.
Struktur Organisasi
Dinas Kesehatan provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008, dengan tupoksi sebagai berikut :
2.
Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas
Kesehatan provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan Peraturan daerah Provinsi
Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008, dengan tugas dan fungsi berdasarkan Peraturan
Gubernur Jawa Barat Nomor 32 Tahun 2009, menjalankan sebagian tugas Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat di Bidang Pembangunan Kesehatan.
3.
Tugas Pokok :
Tugas Pokok
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah melaksanakan urusan pemerintahan
daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
4.
Fungsi
Dalam
menyelenggarakan tugas pokok sebagai dimaksud, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat mempunyai fungsi :
· Menyelenggarakan perumusan dan penetapan kebijakan teknis urusan
bidang kesehatan;
· Penyelenggaraan urusan kesehatan meliputi regulasi dan kebijakan
kesehatan, pelayanan kesehatan, penyehatan lingkungan dan pencegahan
penyakit, serta sumber daya kesehatan
· Pembinaan dan pelaksanaan tugas-tugas kesehatan meliputi regulasi dan
kebijakan kesehatan, pelayanan kesehatan, penyehatan lingkungan dan pencegahan
penyakit, serta sumber daya kesehatan;
· Penyelenggaraan tugas-tugas kesekretariatan;
· Pengkoordinasian dan pembinaan UPTD
5. Kondisi Organisasi
Dengan diterapkannya Peraturan Pemerintah No 41 tahun
2007 dan PP 38 yang mengatur tentang SOTK Organisasi Perangkat Daerah, maka
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 21 Tahun 2008,telah terbentuk dan secara resmi telah berjalan,
walaupun belum lengkap dengan pengaturan UPTD.
Saat ini, Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat berlokasi di Jalan Pasteur no. 25 Bandung.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mencakup gedung perkantoran di Jl.
Pasteur no. 25 dan 4 (empat) UPTD, yaitu : Balai Pengembangan Tenaga
Kesehatan Masyarakat, (BPTKM) Jl. Pasteur no. 31 Bandung, Balai Pengembangan
Laboratorium Kesehatan ( BPLK) Jl. Sederhana no 3 – 5 Bandung, Balai Kesehatan
Kerja Masyarakat (BKKM) Jl. Rancaekek Bandung dan KP4 Jln. Satria no 95
Cirebon.
Jumlah pegawai di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat seluruhnya 567 orang. Dengan uraian : PNS di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat sebanyak : 365 orang; PNS di UPTD sebanyak 195 orang,
dengan rincian : Balai Pengembangan Tenaga Kesehatan Masyarakat, (BPTKM) : 45
orang, Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan ( BPLK) : 65 orang, Balai
Kesehatan Kerja Masyarakat (BKKM) : 28 orang dan Kantor Pelayanan
Pengobatan Penyakit Paru (KP4) Cirebon : 57 orang; THL/Kamdal
sebanyak 7 orang.
Demografi dan
kependudukan serta sarana dan tenaga kesehatan
Jumlah
Penduduk
|
42.194.869
|
Jumlah
Kabupaten
|
17
|
Jumlah Kota
|
9
|
Jumlah
Kecamatan
|
618
|
Jumlah
kelurahan
|
1798
|
Jumlah desa
|
4046
|
Jumlah Rumah
Sakit Pemerintah
|
53
|
Jumlah RS
swasta
|
96
|
Puskesmas
|
1.017
|
Pustu
|
1.534
|
Posyandu
|
46231
|
Laboratorium
/ Lab.Kes.Da
|
27
|
Jumlah
Dokter
|
4723
|
Jumlah
perawat/bidan
|
25331
|
6.
Situasi Kesehatan di
Provinsi Jawa Barat
Tingkat
kesehatan penduduk Jawa Barat terkait masalah lingkungan bisa ditinjau dari
banyaknya penduduk yang mengalami sakit yang dirinci menurut jenis penyakitnya,
khususnya penyakit yang diakibatkan oleh buruknya kualitas udara. Penyakit-penyakit
tersebut antara lain adalah:
Penyakit ISPA seperti batuk, pilek, sesak nafas.
Penyakit kulit, Penyakit perut.
Namun demikian
data yang tersedia di Biro Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2007 hanya mendata
penderita beberapa jenis penyakit saja, yaitu panas, batuk, pilek dan sesak
nafas. Sedangkan data mengenai penderita penyekit kulit dan penyakit perut
tidak tersedia.
Kesehatan merupakan karunia Tuhan yang sangat
berharga, kebutuhan dasar dan hak bagi setiap Individu, keluarga dan masyarakat
seperti dinyatakan dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan,
bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Oleh karena itu pembangunan kesehatan menjadi kewajiban negara
untuk melaksanakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan oleh berbagai
sektor di berbagai jenjang pembangunan.
Peningkatan derajat kesehatan akan memberikan
sumbangan yang nyata dalam meningkatkan daya saing bangsa yang dibutuhkan
dalam menghadapi era globalisasi. Sebagai konsekuensinya, kesehatan juga perlu
diupayakan dan diperjuangkan oleh semua pihak, baik pemerintah maupun
masyarakat, oleh semua komponen bangsa, di pusat maupun daerah. Paradigma
sehat yang dikumandangkan kembali oleh Depkes adalah cara pandang, pola
pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat
masalah kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor,
dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan
kesehatan bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.
Paradigma sehat secara makro berarti bahwa pembangunan semua sektor
harus memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan. Secara mikro berarti bahwa
pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Visi Jawa Barat untuk menjadi Provinsi termaju di
Indonesia adalah suatu tujuan yang harus dicapai bersama oleh seluruh stakeholder
Provinsi Jawa Barat, dan perhatian Pemerintah Propinsi Jawa Barat terhadap
pencapaian IPM 80 juga sangat logis karena kesejahteraan masyarakat daerah Jawa
Barat harus dibuktikan melalui penguatan pembangunan di bidang Kesehatan,
Pendidikan dan Perekonomian Jawa Barat. Kebijakan Pembangunan Jawa Barat sampai
tahun 2013 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat
Nomor 54 tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 (Berita Daerah Tahun 2008 Nomor 54 Seri E)
Untuk itu pembangunan kesehatan ditujukan untuk
akselerasi pencapaian indek kesehatan, melalui peningkatan Angka Harapan Hidup
dengan menurunkan Angka Kematian.
Pencapaian SPM
pelayanan kesehatan dasar dengan 19 indikator hasilnya pada tahun 2008 adalah
sebagai berikut :
HASIL PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN DI JAWA BARAT TAHUN 2008
NO
|
JENIS DATA
|
KEADAAN DI
JAWA BARAT
|
KESENJANGAN
|
|
TARGET 2008
|
PENCAPAIAN
2008
|
|||
1
|
K-4
|
85,1%
|
79,20%
|
5,9%
|
2
|
LINAKES
|
84,5%
|
72,85%
|
11,65%
|
3
|
N-2
|
85,1%
|
81,54%
|
3,56%
|
4
|
KEK Ibu Hamil
|
0%
|
12%
|
12%
|
5
|
Gizi buruk Balita
|
1%
|
1,02%
|
0.02%
|
6
|
UCI Desa
|
85%
|
67,37%
|
7,8%
|
7
|
Cakupan penemuan P2TB
|
70%
|
68,76%
|
1,24%
|
8
|
Angka kesembuhan P2TB
|
85%
|
84,2%
|
0,8%
|
9
|
API Malaria
|
< 0,1‰
|
0,582‰
|
|
10
|
IR DBD
|
<
20/100.000
|
54,23/100.000
|
34,23/100.000
|
11
|
Yankes Gakin ke Puskesmas
|
%
|
33,28%
|
-
|
12
|
Yankes Gakin Ke RS
|
%
|
14,51%
|
-
|
13
|
Kepesertaan JPKM
|
80%
|
43,81%
|
36,19%
|
14
|
Desa Siaga
|
30%
|
41,11%
|
-
|
15
|
Rumah Sehat
|
70%
|
57,3%
|
12,7%
|
16
|
Air Bersih
|
75%
|
64,68%
|
10,32%
|
17
|
Kakus / Jamban
|
70%
|
60,68%
|
9,32%
|
18
|
Air Limbah
|
70%
|
53,89
|
16,11%
|
19
|
Penempatan Bidan Di Desa
|
100%
|
89,63%
|
10,37%
|
7.
Gambaran Penyakit
Berdasarkan laporan Rumah Sakit, penyakit penyebab
kematian terbanyak untuk kelompok usia 5–44 tahun adalah Stroke (10,05%)
dan TBC Paru (6,4%).Pada tahun 2007 Jawa Barat masih mendapat ancaman ganda
dari berbagai penyakit yang masih menyebabkan kesakitan, kematian dan kecacatan
yang muncul kembali, meningkat kasusnya ( IR ) dan berkembang lokasi yang
terkenanya sebagai berikut :
1. Emerging Desease :
Jenis Data
|
Keadaan di Jawa Barat 2005-2008
|
1.
Demam Berdarah Dengue
2.
Kusta
|
IR meningkat dari 44,68/100.000 tahun 2005 menjadi
74,45/100.000 tahun 2007, dan turun kembali menjadi 54,23/100.000 tahun
2008,
CFR turun dari 1,52 pd tahn 2005 menjadi 0,95 tahun 2007, dan
meningkat kembali menjadi 0,99 tahun 2008.
Kab/Kota IR DBD > 20/100.000 berfluktuatif, yaitu 16 kab/kota th
2005, 20 kab/kota th 2006, 23 kab/kota th 2007 dan 20 kab/kota th 2008
Prevalens kusta berfluktuatif : 0.71 / 10.000 tahun 2005, 0,83/10.000
tahun 2006, 0,58/10.000 th 2007 dan 0,62/10.000 th 2008
Jumlah kasus 1.917, RFT 46,22% ( 886 kasus )
|
Anthraks (daerah endemis: Bogor, Bekasi,
Subang, Purwakarta)
Rabies
|
2001 sd 2005 hanya di Bogor, tahun 2006 di Kab Bogor 1 ks dan Depok 8
( meninggal 1 dr Depok ), tahun 2007 3 kasus di Kab Bogor dan th 2008 =
9 kasus di Kab Bogor.
Th 2005 = 1 ks di Kab Garut, Tahun 2006 =1 ks di Kab Sukabumi,
Tahun 2007 = 6 ks di Kab Garut (5 org), dan 1 ks di Kota Sukabumi,
Tahun 2008 = 8 ks di Kab. Sukabumi.
|
Leptospirosis
Kab Bandung
Kota Bandung
Kabupaten Bekasi
|
Tahun 2006 = 12Kasus, Tahun 2007 = 3 kasus,
Tahun 2008 = 1 kasus
|
Filariasis
|
Temuan kasus kronis Tahun 2002 sebanyak 56 kasus di 13 Kab/Kota, setiap
tahun bertambah kasus dan lokasinya menjadi 483 kasus di 24
Kab/Kota tahun 2008.
|
ISPA
|
Cakupan pneumonia 48 % tahun 2008, target 86% tahun
2008
|
2.
Re-Emerging Desease
Malaria
Tuberkulosa Paru
|
•
Annual Parasite Incidence – 1.423 ‰ tahun 2005, menjadi 0,665 tahun 2007, dan
turun kembali pada tahun 2008 menjadi : 0,582 ‰.
•
Daerah HCI ( API > 5 ‰) :
Kec dari 10 pada tahun 2005 menjadi 5 pada tahun
2007Desa dari 22 pada tahun 2005 menjadi 8 pada tahun 2007, dan meningkat
lagi menjadi 9 desa tahun 2008
•
Kasus indigenous meningkat dari 47,32% menjadi 65,1% pada tahun 2007, menurun
menjadi 56,29 tahun 2008.
•
Kasus import meningkat dari 20,44 % pada tahun 2005 menjadi 23,5
% di tahun 2007, meningkat lagi menjadi 25,8 tahun 2008.
•
Kasus relaps meningkat signifikan dr 1,42 % menjadi 3,2 % di
thn 2007, meningkat menjadi 6,76 % tahun 2008
·
Tahun 2008 Penemuan suspek 251.860 kasus ( 30.064 kasus BTA + ) paling
tinggi usia 25-34 tahun sebesar 2286 kasus.
·
CDR : 69,73 % tahun 2008, target 70%
·
Angka kesembuhan 83%, target 85% tahun 2007
|
3. New – Emerging Desease
HIV / AIDS
AVIAN INFLUENZA
|
HIV 1.829 kasus, AIDS 2593 kasus ( 60,54% usia 20-29
thn)
Pengguna Jarum suntik 74,89 %, tahun 2008
Penyebaran kasus sudah 26 Kab/Kota
Jumlah kasus tahun 2005 s/d th 2008 sebanyak 35 kasus dengan
CFR sebesar 89,72%
|
4. Penyakit Degeneratif
Penyakit Kardio vaskuler
|
7862 Kasus CFR 9,5 tahun 2005 menjadi 19.937
kasus CFR 8,93 (thn 2006)
|
5. Penyakit Jiwa
5. Penyakit Jiwa
|
23,495 (2002) meningkat 1½ kali dari tahun
2001 Atau 62 kasus / 100.000 penduduk
Jumlah penderita rawat inap meningkat dari 1488
kasus pada tahun 2004 menjadi 2076 pada tahun 2006 dengan CFR 0,82
|
E. Pembangunan
1.
Visi dan Misi Pembangunan dan Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Visi Pembangunan Jawa Barat Tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 adalah “Dengan Iman dan Taqwa, Provinsi
Jawa Barat Termaju di Indonesia”. Visi tersebut diwujudkan melalui 5
(lima) misi pembangunan yaitu :
a.
Mewujudkan kualitas Kehidupan Masyarakat yang
berbudaya Ilmu dan Teknologi, Produktif dan Berdaya Saing
b.
Meningkatkan Perekonomian yang Berdaya Saing dan
Berbasis Potensi Daerah
c.
Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari
d.
Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik
e.
Mewujudkan Pemerataan Pembangunan yang Berkeadilan
Dengan
mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan tantangan dan peluang serta
budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Provinsi Jawa
Barat tahun 2008-2013 adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri,
Dinamis dan Sejahtera”.
Agar visi
tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong effektifitas dan effisiensi
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat
sebagai berikut:
a.
Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang
produktif dan ber Daya Saing
b.
Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional ber Basis
Potensi Lokal
c.
Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastuktur
Wilayah
d.
Meningkatkan Daya Dukung dan Daya tampung Lingkungan
untuk Pembangunan berkelanjutan
e.
Meningkatkan Effektifitas Pemerintahan Daerah dan
Kualitas Demokrasi
Dinas
Kesehatan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi
Jawa Barat berkepentingan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan
dengan fenomena penting actual yang belum dapat diselesaikan pada periode 5
tahun sebelumnya khususnya aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan
masyarakat. Maka Misi, Tujuan dan Sasaran pembangunan kesehatan adalah Misi 1
yaitu Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang produktif dan ber Daya
Saing, dengan Tujuan 1 Mendorong Tingkat pendidikan, kesehatan dan kompetisi
kerja masyarakat Jawa Barat, dan Tujuan 2 Menjadikan masyarakat Jawa Barat yang
sehat, berbudi pekerti luhur serta menguasai ilmu dan teknologi. Sedangkan
Sasarannya adalah meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama
ibu dan anak.
2.
Visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Dengan
mempertimbangkan kesesuaian dan keterkaitan dengan Visi dan Misi Departemen Kesehatan
serta Visi Pembangunan dan Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat maka telah
disusun Visi Pembangunan Kesehatan Jawa Barat yaitu : Tercapainya Masyarakat
Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”.
Masyarakat
Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat adalah sikap dan kondisi dimana
masyarakat Jawa Barat tahu, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan
mengatasi permasalah kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari
gangguan kesehatan akibat penyakit, bencana, lingungan dan perilaku yang buruk
, serta mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih meningkatkan kesehatannya
dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.
Dalam
mewujudkan visi pembangunan kesehatan tersebut maka telah dirumuskan Visi Dinas
Kesehatan Jawa Barat sebagai berikut : Akselerator Pencapaian Masyarakat
Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat
Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat harus mempunyai pengetahuan, kemampuan, kemauan,
motivasi, etos kerja yang tinggi, dan menguasai teknologi untuk menjadi
pendorong, penggerak, fasilitator dan advokator untuk terjadinya akselerasi
pembangunan kesehatan di Jawa Barat yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama
masyarakat termasuk swasta, sehingga Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk
Hidup Sehat dapat segera tercapai, dan masyarakat Jawa Barat menjadi Sehat.
3.
Misi Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Dalam mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan
tantangan kedepan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, untuk mencapai
Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat, maka rumusan Misi Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat telah ditetapkan dalam 4 (empat) Misi yaitu:
1.
Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
2.
Mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
3.
Meningkatkan Sistem Surveilance dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
4.
Menjamin ketersediaan sumber daya manusia dan fasilitas pelayanan kesehatan
yang merata, terjangkau dan berkualitas.
Kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup daerah Jawa Barat mengacu pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Jawa Barat 2005 – 2025. Dalam RPJM tersebut, kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup merupakan kesatuan dengan kebijakan sumber daya
alam. Dalam Misi Jawa Barat, pengelolaan lingkungan hidup termasuk dalam Misi
ke 3, yaitu “terwujudnya lingkungan hidup yang asri dan lestari”. Kebijakan
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup berikut agenda pengelolaan
lingkungan hidup tahun 2008 – 2013 yang tercantum dalam RPJMD ditampilkan pada
tabel berikut:
Sebetulnya “pendanaan untuk bidang lingkungan” tidak berdiri sendiri. Dalam perencanaan APBD, alokasi dana pembangunan dikelompok-kelompokkan menurut Misi Pembangunan JawaBarat.
Dilihat dari jenis programnya, ada beberapa program pembangunan yang tidak semata-mata bertujuan untuk meningkatkan ataupun mengembalikan kualitas lingkungan hidup; melainkan program tersebut merupakan program pembangunan untuk meningkatkan kessejahteraan masyarakat, namun secara tidak langsung bisa meningkatkan ataupun mengembalikan kondisi lingkungan hidup, antara lain :
Sebetulnya “pendanaan untuk bidang lingkungan” tidak berdiri sendiri. Dalam perencanaan APBD, alokasi dana pembangunan dikelompok-kelompokkan menurut Misi Pembangunan JawaBarat.
Dilihat dari jenis programnya, ada beberapa program pembangunan yang tidak semata-mata bertujuan untuk meningkatkan ataupun mengembalikan kualitas lingkungan hidup; melainkan program tersebut merupakan program pembangunan untuk meningkatkan kessejahteraan masyarakat, namun secara tidak langsung bisa meningkatkan ataupun mengembalikan kondisi lingkungan hidup, antara lain :
Program No. 7 : Pengembangan Sarana
dan Prasarana Perumahan dan Permukiman
Program No. 15 : Pengembangan Usaha dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan
Program No. 21 : Pengembangan dan Pengelolaan
Infrastruktur SDA dan Irigasi
Program No. 23 : Pengembangan Kepariwisataan
Program No. 35 : Penataan Ruang
Disamping itu ada juga program yang benar-benar ditujukan untuk meningkatkan dan mengembalikan kondisi lingkungan hidup yang rusak. Contoh program tersebut adalah:
Program No. 36 : Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan
Program No. 37 : Peningkatan Efektivitas Pengelolaan
dan Konservasi SDA dan LH
Program No. 38 : Pemantapan Kawasan Lindung
Berdasarkan
data, besarnya anggaran untuk program pemulihan kualitas lingkungan di Jawa
Barat selama 5 tahun terakhir tidak pernah lebih dari 2,25 % dari seluruh
anggaran pembangunan daerah. Bahkan ada kecenderungan menurun. Jika tahun
2003 mendapat jatah 2,24 % dari total anggaran pembangunan, tahun 2008 hanya
mendapatkan 1,25 % dari total anggaran pembangunan.
Upaya mewujudkan fungsi 45% Kawasan
Lindung Jawa Barat pada Tahun 2010, telah berjalan selama empat tahun melalui
kegiatan rehabiliasi lahan kritis dan penandaan batas kawasan lindung. Upaya
rehabilitasi lahan kritis antara lain dilakukan melalui GRLK (Gerakan
Rehabilitasi Lahan Kritis). Sisa lahan kritis sampai tahun 2007 mencapai
202.130,05 ha. Sementara untuk kegiatan penandaan batas telah dilaksanakan
sepanjang 1.040 m selama tiga tahun dan dapat diselesaikan tahun 2007. Dari
aspek kualitas udara perkotaan, tingkat aktivitas yang cukup tinggi terutama di
daerah perkotaan yang mengakibatkan polusi udara yang cukup memprihatinkan.
Kontribusi gas buang kendaraan bermotor terhadap polusi udara telah mencapai
60-70%. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada saat ini semakin
banyak industri yang mulai menggunakan batu bara sebagai sumber energi yang
berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara.
Sampai dengan tahun 2007, kualitas air
sungai di Jawa Barat masih memperlihatkan kondisi yang memperihatinkan.
Pencemaran sumberdaya air oleh industri maupun domestik menyebabkan kualitas
air tersebut menjadi semakin buruk. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 7
sungai utama yaitu Cimanuk, Citarum, Cisadane, Kali Bekasi, Ciliwung, Citanduy
dan Cilamaya, kesemuanya menunjukan status mutu D atau kondisi sangat buruk.
Demikian pula halnya dengan kondisi
air tanah. Pengambilan air tanah yang meningkat dari tahun ke tahun
berimplikasi terhadap penurunan muka air tanah. Penurunan muka air tanah secara
drastis terutama terjadi di Cekungan Bandung yang mencapai penurunan sekitar 2
– 5 m per tahun.
Persoalan lingkungan lainnya yang
dihadapi di Jawa Barat adalah belum tertanganinya kerusakan kawasan pesisir. Di
wilayah pesisir utara Jawa Barat, kerusakan kawasan ditandai oleh kerusakan
hutan bakau, abarasi pantai, serta pendangkalan muara sungai yang berdampak
pada aktivitas lalulintas perahu. Tingkat abrasi yang terjadi di pantai selatan
sekitar 35,35 ha/tahun dan di pantai utara sekitar 370,3 ha/tahun dengan indeks
pencemar air laut antara 7,391-9,843 yang menunjukan sudah tercemar berat.
Luas wilayah Jawa Barat 3.647.392 Ha
apabila dikaitkan dengan kondisi kemiringan lereng/topografi, sifat tanah
dan curah hujan, menunjukan wilayah rawan bencana, sehingga Jawa Barat
memerlukan kawasan lindung seluas 45%.
Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2007 sekitar 41.483.729 juta jiwa (Statistik Pembangunan Gubernur Jawa Barat, 2008) dengan laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat adalah 1,83% per tahun, sehingga diperkirakan pada tahun 2010 jumlah penduduk akan menjadi 44 juta jiwa. Lebih dari 50% jumlah penduduk terkonsentrasi di perkotaan khususnya kota besar seperti di wilayah Bandung Raya, Bogor-Depok-Bekasi (BODEBEK) dan Cirebon.
Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2007 sekitar 41.483.729 juta jiwa (Statistik Pembangunan Gubernur Jawa Barat, 2008) dengan laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat adalah 1,83% per tahun, sehingga diperkirakan pada tahun 2010 jumlah penduduk akan menjadi 44 juta jiwa. Lebih dari 50% jumlah penduduk terkonsentrasi di perkotaan khususnya kota besar seperti di wilayah Bandung Raya, Bogor-Depok-Bekasi (BODEBEK) dan Cirebon.
Di sisi lain pertambahan penduduk
dengan segala aktifitasnya yang dikhawatirkan melebihi daya dukung dan daya
tampung lingkungannya, sehingga akan semakin mempercepat kerusakan lingkungan
dan pada akhirnya akan berdampak buruk terhadap manusia dan mahluk hidup
lainnya. Oleh karena itu dengan luasan kawasan lindung 45% dapat terpenuhi,
maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat Jawa
Barat, dengan didukung peningkatan luas kawasan budidaya yang lebih produkstif
sebesar 55%.
F. Objek
wisata
Objek-objek wisata
yang menarik dan banyak dikunjungi di daerah Jawa Barat:
Ø Kawah
Putih, Ciwidey, Kabupaten Bandung
Ø Situ
Patenggang, Rancabali, Kabupaten Bandung
Ø Observatorium Bosscha, Lembang,Kabupaten
Bandung Barat
Ø Taman Hutan Raya
Ir. H. Djuanda,Lembang, Kabupaten Bandung Barat
Ø Kebun Raya
Bogor, Kota Bogor
Ø Talaga
Warna, Puncak, Kabupaten Bogor
Ø Taman Safari
Indonesia,Cisarua,Kabupaten Bogor
Ø Taman Wisata
Mekarsari, Kabupaten Bogor
Ø Pantai
Pangandaran, Kabupaten Ciamis
Ø Curug
Cibeureum, Cipanas, Kabupaten Cianjur
Ø Puncak, Kabupaten
Bogor - Kabupaten Cianjur
Ø Kebun Raya
Cibodas, Kabupaten Cianjur
Ø Taman Bunga
Nusantara, Kabupaten Cianjur
Ø Taman Wisata Gunung
Gede Pangrango,Cipanas, Cianjur, Kabupaten Cianjur
Ø Waduk
Cirata, Kabupaten Cianjur
Ø Keraton
Kasepuhan, Kota Cirebon
Ø Keraton
Kanoman, Kota Cirebon
Ø Keraton
Kacirebonan,Kota Cirebon
Ø Keraton
Kaprabonan, Kota Cirebon
Ø Taman Air
Sunyaragi, Kota Cirebon
Ø Plangon, Kabupaten
Cirebon
Ø Belawa, Kabupaten
Cirebon
Ø Trusmi, Kabupaten
Cirebon
Ø Wanawisata
Ciwaringin, Kabupaten Cirebon
Ø Cikalahang, Kabupaten
Cirebon
Ø Cipanas, Kabupaten
Garut
Ø Bendungan
Walahar, Klari, Kabupaten Karawang
Ø Curug
Bandung, Tegal Waru, Kabupaten Karawang
Ø Curug
Cigeuntis, Tegal Waru, Kabupaten Karawang
Ø Curug
Cipanundaan, Tegal Waru,Kabupaten Karawang
Ø Pantai Muara
Baru, Cilamaya Wetan,Kabupaten Karawang
Ø Pantai Pakis
Jaya, Pakis Jaya,Kabupaten Karawang
Ø Pantai Samudera
Baru, Pedes,Kabupaten Karawang
Ø Pantai Tanjung
Baru, Tempuran,Kabupaten Karawang
Ø Pantai
Tirtamaya, Juntinyuat, Kabupaten Indramayu
Ø Linggarjati, Kabupaten
Kuningan
Ø Candi Jiwa,
di Percandian Batujaya, Karawang
Ø Candi
Blandongan di Percandian Batujaya, Karawang
Ø Waduk
Darma, Kabupaten Kuningan
Ø Curug
Putri, Kabupaten Kuningan
Ø Lembah
Cilengkrang, Kabupaten Kuningan
Ø Liang
Panas, Kabupaten Kuningan
Ø Sidomba, Kabupaten
Kuningan
Ø Curug
Landung, Kabupaten Kuningan
Ø Situ
Cicerem, Kabupaten Kuningan
Ø Paseban, Kabupaten
Kuningan
Ø Cigugur, Kabupaten
Kuningan
Ø Hutan
Kota, Kabupaten Kuningan
Ø Kebun Raya
Kuningan, Kabupaten Kuningan
Ø Paniis, Kabupaten
Kuningan
Ø Palutungan, Kabupaten
Kuningan
Ø Curug Muara
Jaya, Kabupaten Majalengka
Ø Situ
Sangiang, Kabupaten Majalengka
Ø Taman Buana
Marga, Kabupaten Majalengka
Ø Tirta
Indah, Kabupaten Majalengka
Ø Waduk Jatiluhur, Kabupaten
Purwakarta
Ø Ciater, Kabupaten
Subang
Ø Gunung Tangkuban
Perahu, Kabupaten Subang
Ø Pantai
Blanakan, Blanakan, Kabupaten Subang
Ø Pantai Pondok
Bali, Legon Kulon,Kabupaten Subang
Ø Penangkaran
Buaya, Blanakan,Kabupaten Subang
Ø Pantai Pelabuhan
Ratu, Kabupaten Sukabumi
Ø Pantai Ujung
Genteng, Ciracap,Kabupaten Sukabumi
Ø Kampung
Toga, Kabupaten Sumedang
Ø Museum Prabu Geusan
Ulun, Kabupaten Sumedang
Ø Situ
Gede, Kota Tasikmalaya
Ø Gunung
Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya
Ø Kampung
Naga, Kabupaten Tasikmalaya
Ø Situ Bagendit, Kabupaten
Garut
Ø Pantai
Santolo, Kabupaten Garut
Ø Pantai
Rancabuaya, Kabupaten Garut
Ø Curug
Cimahi, Kabupaten Bandung Barat
Ø Situ
Ciburuy, Kabupaten Bandung Barat
Ø Masjid Dian
Al-Mahri, Kota Depok
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat
G. Sumber
Daya Alam
Deskripsi Sumber Daya Alam wilayah JAWA BARAT
Sumber
daya alam Jawa Barat cukup melimpah. Provinsi ini pada tahun 2006 memilikilahan
sawah ber-irigasi teknis seluas 380.996 ha, sementara sawah ber irigasi
setengah teknis 116,443 ha, dan sawah beririgasi non teknis seluas 428.461 ha.
Total saluran irigasi di Jawa Barat sepanjang 9.488.623 km. Sawah-sawah inilah
yang pada 2006 menghasilkan 9.418.882 ton padi, terdiri atas 9,103.800 ton
padi sawah clan 315.082 ton padi ladang.Di antara tanaman palawija, pada 2006
ketela pohon menempati urutan pertama. Produksi palawija mencapai
2.044.674 ton dengan produktivitas 179,28 kuintal per ha, Kendati demikian,luas
tanam terluas adalah untuk komoditas jagung yang mencapai 148.505 ha, Jawa
Barat jugamenghasilkan hortikultura terdiri dari 2.938.624 ton sayur mayur,
3.193.744 ton buah buahan,dan 159.871 ton tanamanobat/biofarmaka.Hutan di Jawa
Barat juga luas, mencapai 764.387,59 ha atau 20,62% dari total
luas provinsi, terdiri dari hutan produksi seluas 362.980.40 ha (9,79%),
hutan lindung seluas228.727,11 ha (6,17%), dan hutan konservasi seluas 172.680
ha (4,63%). Pemerintah jugamenaruh perhatian serius pada hutan mangrove yang
mencapai 40.129,89 ha, tersebar di 10kabupaten yang mempunyai pantai. Selain itu
semua, ada lagi satu hutan lindung seluas32.313,59 ha yang dikelola oleh Perum
Perhutani Unit III jawa Barat dan Banten.Dari hutan produksi yang dimilikinya,
pada 2006 Jawa Barat memetik hasil 200.675 m³kayu, meskipun kebutuhan kayu di
provinsi ini setiap tahun sekitar 4 juta m³. Sampai 2006, luashutan rakyat
214.892 ha dengan produksi kayu sekitar 893.851,75 m³. Jawa Barat
jugamenghasilkan hasil hutan non kayu cukup potensial dikembangkan sebagai
aneka usahakehutanan, antara lain sutera alat jamur, pinus, gerah damar, kayu
putih, rotan, bambu, dansarang burung walet.
H. Biogeografi
Spoiler: adalah ilmu yang
mempelajari dan berusaha untuk menjelaskan distribusi organisme di permukaan
bumi. Di Jawa Barat terdapat flora dan fauna yang khas.
1.Jalak Kerbau
Ciri-ciri
Tubuhnya berukuran sedang ± 25 cm. Bulu abu-abu tua ham-pir hitam,kecuali bercak pu-tih pada bulu primer (terlihat mencolok sewaktu terbang) serta tunggir dan ujung ekor putih. Jambul pendek. Iris jingga, paruh dan kaki kuning. Burung re-maja/muda lebih coklat.
Tubuhnya berukuran sedang ± 25 cm. Bulu abu-abu tua ham-pir hitam,kecuali bercak pu-tih pada bulu primer (terlihat mencolok sewaktu terbang) serta tunggir dan ujung ekor putih. Jambul pendek. Iris jingga, paruh dan kaki kuning. Burung re-maja/muda lebih coklat.
Habitat dan Penyebaran
Secara global di Asia Timur, Asia Tenggara kecuali semenanjung Malaysia, Jawa, Bali dan Sulawesi serta diintroduksi ke Sumatera.
Mencari makan di atas tanah, lapangan rumput, dan sawah. Sering hinggap di atas atau dekat sapi atau kerbau, menangkap serangga yang terhalau atau tertarik ternak tersebut.
Makanan
Makanan terutama berupa serangga dan invertebrata lain
Perkembangbiakan
Berkembang biak sekitar bulan Mei sampai November, dengan jumlah telur antara 2 – 3 butir setiap pengerama
Secara global di Asia Timur, Asia Tenggara kecuali semenanjung Malaysia, Jawa, Bali dan Sulawesi serta diintroduksi ke Sumatera.
Mencari makan di atas tanah, lapangan rumput, dan sawah. Sering hinggap di atas atau dekat sapi atau kerbau, menangkap serangga yang terhalau atau tertarik ternak tersebut.
Makanan
Makanan terutama berupa serangga dan invertebrata lain
Perkembangbiakan
Berkembang biak sekitar bulan Mei sampai November, dengan jumlah telur antara 2 – 3 butir setiap pengerama
2.Lele
Ciri-ciri
Bentuk badan lonjong. Kepala pipih. Kepala ditutupi tulang keras dan mempunyai tonjolan-tonjolan halus. Di sekitar moncong mu-lutnya terdapat empat pasang kumis. Badannya tidak bersisik dan kulitnya licin. Warna hijau gelap, punggung berwarna licin keco-klatan, dan bagian bawah badannya lebih terang. Panjang badan mencapai 40 cm, umumnya sekitar 20-25 cm.
Ciri-ciri
Bentuk badan lonjong. Kepala pipih. Kepala ditutupi tulang keras dan mempunyai tonjolan-tonjolan halus. Di sekitar moncong mu-lutnya terdapat empat pasang kumis. Badannya tidak bersisik dan kulitnya licin. Warna hijau gelap, punggung berwarna licin keco-klatan, dan bagian bawah badannya lebih terang. Panjang badan mencapai 40 cm, umumnya sekitar 20-25 cm.
Habitat dan Penyebaran
Hidup di perairan tawar, sungai-sungai di semua provinsi mulai Irian Jaya sampai Aceh dan Asia. Ikan ini sudah dibudidayakan di kolam atau bak-bak tembok.
Makanan
Memakan berbagai jenis pakan baik binatang hidup seperti anak katak, cacing tanah , cacing air (tubifex), daphnia atau monia dan rayap maupun hewan mati dan bagian-bagiannya.
Perkembangbiakan
Dengan bertelur, mula-mula ikan yang berlainan jenis berenang berpasangan sambil menari-nari. Pelepasaan telur dari induk betina diikuti pelepasan sperma oleh induk jantan, lalu terjadi pemijahan di dalam air (pemijahan eksternal). Telur yang dibuahi akan menetas dalam waktu 20 jam. Induk betina akan berjaga di sarang sampai anak lele mandiri, sedangkan induk jantan langsung pergi setelah pemijahan. Seekor betina dapat menghasilkan 1 000 – 4 000 butir telur setiap kali pemijahan.
Hidup di perairan tawar, sungai-sungai di semua provinsi mulai Irian Jaya sampai Aceh dan Asia. Ikan ini sudah dibudidayakan di kolam atau bak-bak tembok.
Makanan
Memakan berbagai jenis pakan baik binatang hidup seperti anak katak, cacing tanah , cacing air (tubifex), daphnia atau monia dan rayap maupun hewan mati dan bagian-bagiannya.
Perkembangbiakan
Dengan bertelur, mula-mula ikan yang berlainan jenis berenang berpasangan sambil menari-nari. Pelepasaan telur dari induk betina diikuti pelepasan sperma oleh induk jantan, lalu terjadi pemijahan di dalam air (pemijahan eksternal). Telur yang dibuahi akan menetas dalam waktu 20 jam. Induk betina akan berjaga di sarang sampai anak lele mandiri, sedangkan induk jantan langsung pergi setelah pemijahan. Seekor betina dapat menghasilkan 1 000 – 4 000 butir telur setiap kali pemijahan.
3.Petrakomala
Ciri-ciri
Perdu atau pohon kecil dan tingginya mencapai 5 m. Cabang tidak berduri atau dengan duri-duri yang lurus.Daun majemuk menyirip ganda, panjang rakis 10 – 40 cm dengan 5 – 9 pasang sirip daun, daun penumpu mendapus. Anak daun saling berhadapan dengan jumlah 6 – 12 pasang anak daun pada setiap sirip. Perbungaan di ketiak atau di ujung-ujung ranting, berbentuk malai atau tandan. Bunga berkelamin dua, mahkota bunga merah atau kuning. Buah polong dengan 8 – 12 biji. Biji berwarna coklat atau hitam.
Pembudidayaan
Petrakomala biasanya tumbuh di daerah dekat pantai dan menyukai iklim kering musiman. Tanaman ini pada umumnya ditanam di halaman-halaman rumah, taman-taman dan di pinggir-pinggir jalan. Cara perbanyakkan biasanya dilakukan dengan mengecambahkan bijinya. Biji mulai berkecambah setelah 2 minggu di dalam mediumperkecambahan yang berupa tanah atau pasir.
4. Senggang
Ciri-ciri
Umur tanaman senggang sekitar 1 tahun dengan tinggi ± 1 meter. Daunnya bertangkai panjang, berbentuk belah ketupat dan rasanya pahit. Tumbukan daunnya dapat digunakan sebagai obat bisul dan bronkitis.
Deskripsi
Umur tanaman sekitar 1 tahun, dengan tinggi ± 1 m. Daun bertangkai panjang, berbentuk belah ketupat dan asanya pahit
Penggunaan
Tumbukan daun sebagai obat bisul,dan bronchitis, dan sebagai obat radang tenggoroka
Ciri-ciri
Umur tanaman senggang sekitar 1 tahun dengan tinggi ± 1 meter. Daunnya bertangkai panjang, berbentuk belah ketupat dan rasanya pahit. Tumbukan daunnya dapat digunakan sebagai obat bisul dan bronkitis.
Deskripsi
Umur tanaman sekitar 1 tahun, dengan tinggi ± 1 m. Daun bertangkai panjang, berbentuk belah ketupat dan asanya pahit
Penggunaan
Tumbukan daun sebagai obat bisul,dan bronchitis, dan sebagai obat radang tenggoroka
I.
Sosioantropologi
Sosioantropologi adalah penggabungan
kedua cabang ilmu social, yaitu Antropologi dan Sosiologi.
Antropologi adalah cabang ilmu social yang mempelajari budaya masyarakat suatu etnis tertentu, sedangkan Sosiologi adalah cabang imu social yang lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya seperti kesenian tradisional, kehidupan, dan interaksi sosialnya.
1. KEBUDAYAAN
Jawa Barat yang terkenal dengan budaya sunda, budaya sunda terasa kental sekali melekat pada masyarakat jawa barat mulai dari bahasa daerahnya yang unik, tarian jaipongnya yang sudah terkenal dan wayang goleknya yang juga unik dan mengagumkan. Dan yang tidak kalah mengagumkan adalah angklung, yaitu sejenis alat musik yang terbuat dari bambu yang menghasilkan suara khas yang tiada duanya
Ciri khas daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memperkokoh ke-bhinekatunggalika-an bangsa Indonesia. Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang berbatasan sekaligus penyangga Ibu Kota Negara RI pada hakekatnya mengemban tugas untuk menampilkan diri yang dapat memberi gambaran sebagai salah satu wajah Indonesia yang didominasi dengan nuansa budaya Sunda. Oleh sebab itu, selain sebagai penyangga ibu kota Negara, Jawa Baratpun pada event-event tertentu selalu menjadi barometer bagi daerah-daerah provinsi lainnya.
Di kota-kota besar Jawa Barat, dalam rangka menuju era globalisasi, intensitas budaya tampil engan cirri khasnya masing-masing. Mereka ada, berkegiatan, dan terus menggali serta menciptakan sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan zaman. Potensi tersebut tentu saja harus diperthankan serta dikembangkan untuk membentuk karakter masyarakatnya, serta untuk mengukuhkan cirri budaya mesyarakatnya. Ciri-ciri budaya itu bisa saja terbangun dari adapt istiadatnya, penggunaan bahasa, penggunaan perkakas di lingkungan keluarga, mata pencaharian, produksi dari peradaban setempat, serta karakter yang terbersit dari manusianya itu sendiri.
Ciri-ciri potensi kebudayaan tersebut seyogyanya mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah serta berbagai pihak, karena di tangan merekalah potensi budaya serta kemasyarakatan Jawa Barat akan tetap eksis bahkan terdokumentasikan. Mengingat pesatnya arus budaya luar melanda kota-kota di Jawa Barat, maka dikhawatirkan keberadaan potensi-potensi masyarakat Jawa Barat tersenut akan tersisih.
Antropologi adalah cabang ilmu social yang mempelajari budaya masyarakat suatu etnis tertentu, sedangkan Sosiologi adalah cabang imu social yang lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya seperti kesenian tradisional, kehidupan, dan interaksi sosialnya.
1. KEBUDAYAAN
Jawa Barat yang terkenal dengan budaya sunda, budaya sunda terasa kental sekali melekat pada masyarakat jawa barat mulai dari bahasa daerahnya yang unik, tarian jaipongnya yang sudah terkenal dan wayang goleknya yang juga unik dan mengagumkan. Dan yang tidak kalah mengagumkan adalah angklung, yaitu sejenis alat musik yang terbuat dari bambu yang menghasilkan suara khas yang tiada duanya
Ciri khas daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memperkokoh ke-bhinekatunggalika-an bangsa Indonesia. Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang berbatasan sekaligus penyangga Ibu Kota Negara RI pada hakekatnya mengemban tugas untuk menampilkan diri yang dapat memberi gambaran sebagai salah satu wajah Indonesia yang didominasi dengan nuansa budaya Sunda. Oleh sebab itu, selain sebagai penyangga ibu kota Negara, Jawa Baratpun pada event-event tertentu selalu menjadi barometer bagi daerah-daerah provinsi lainnya.
Di kota-kota besar Jawa Barat, dalam rangka menuju era globalisasi, intensitas budaya tampil engan cirri khasnya masing-masing. Mereka ada, berkegiatan, dan terus menggali serta menciptakan sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan zaman. Potensi tersebut tentu saja harus diperthankan serta dikembangkan untuk membentuk karakter masyarakatnya, serta untuk mengukuhkan cirri budaya mesyarakatnya. Ciri-ciri budaya itu bisa saja terbangun dari adapt istiadatnya, penggunaan bahasa, penggunaan perkakas di lingkungan keluarga, mata pencaharian, produksi dari peradaban setempat, serta karakter yang terbersit dari manusianya itu sendiri.
Ciri-ciri potensi kebudayaan tersebut seyogyanya mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah serta berbagai pihak, karena di tangan merekalah potensi budaya serta kemasyarakatan Jawa Barat akan tetap eksis bahkan terdokumentasikan. Mengingat pesatnya arus budaya luar melanda kota-kota di Jawa Barat, maka dikhawatirkan keberadaan potensi-potensi masyarakat Jawa Barat tersenut akan tersisih.
J.
Sosial Budaya dan Sٍejarah Jawa Barat
Jawa
Barat memiliki potensi pariwisata yang begitu beragam, baik dari sisi produk
wisata maupun pasar wisatawan. Dengan alam dan budaya yang dimiliki, Jawa Barat
menawarkan berbagai daya tarik wisata. Potensi pasar wisatawan Jawa Barat juga
tidak kalah besarnya. Kedekatan Jawa Barat dengan provinsi-provinsi berpenduduk
banyak dan sudah berkembang menjadikan Jawa Barat kaya akan sumber pasar
wisatawan.
Produk
wisata Jawa Barat memiliki keragaman, baik daya tarik wisata maupun fasilitas
penunjang yang didukung jaringan transportasi dan infrastruktur yang terus
berkembang sehingga mempermudah aksesibilitas dan kenyamanan dalam berwisata.
Daya
tarik wisata Jawa Barat terdiri dari daya tarik yang bersifat tangible
(berwujud), seperti daya tarik wisata gunung, rimba, laut, pantai, sungai
(GURILAPS) dan museum. Yang bersifat intangible (tidak terwujud), seperti
sejarah, seni, budaya masyarakat tradisional, maupun events (peristiwa
pariwisata).
Masyarakat
Jawa Barat yang agamis dan memiliki tatanan serta berbagai ciri warisan budaya
khas dan nilai-nilai tradisional yang masih tetap dipertahankan merupakan
potensi yang sangat besar bagi pengembangan pariwisata Jawa Barat.
Kampung-kampung tradisional, tempat hidup dan tinggalnya masyarakat tradisional
Jawa Barat, juga merupakan daya tarik wisata yang tidak kalah menariknya.
Perkampungan tradisional di Jawa Barat yang tersebar di 7 (tujuh) Kabupaten
mempunyai budaya tradisional yang khas sehingga memperkaya keragaman daya tarik
wisata Jawa Barat.
Kebudayaan
Jawa Barat lainnya yang muncul di masyarakat adalah alat musik tradisional yang
sebagian besar terbuat dari kayu dan bambu, seperti angklung, pertunjukan
kesenian khas Jawa Barat seperti celempungan, upacara pertanian Nyi Pohaci
Sanghyang Sri, ujungan, wayang golek, wayang beber, dan wayang kulit.
Kerajinan-kerajinan khas Jawa Barat yang sudah dikenal sejak jaman kerajaan
bahkan zaman pra sejarah, seperti kerajinan anyaman yang saat ini masih
berkembang di Tasikmalaya, gerabah di Purwakarta, batik di Garut dan Cirebon,
merupakan warisan budaya yang bernilai tinggi bagi Jawa Barat.
Jawa
Barat juga kaya akan event-event pariwisata yang diselenggarakan di
beberapa Kabupaten/Kota setiap tahun, bagi yang termasuk dalam core-event maupun
supporting event. Hari jadi kabupaten/kota pada umumnya diselenggarakan
setiap tahun di daerah masing-masing yang dimeriahkan oleh pawai, yang dikenal
dengan nama pawai alegoris.
Event-event
lainnya yang juga dilaksanakan secara besar-besaran adalah peristiwa peringatan
hari-hari besar keagamaan, seperti Muludan (Panjang Jimat) dan Rajaban di
Cirebon. Upacara-upacara adat yang terkait dengan mata pencaharian penduduk,
seperti Pesta Laut//Nadran di Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya, dan Karawang.
Upacara Ngarot di Indramayu adalah merupakan upacara memberi air pada sawah
yang dilanda kekeringan. Festival Internasional Layang-layang yang
diselenggarakan di Pantai Pangandaran merupakan event yang cukup besar dan
sangat menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Keragaman budaya yang
dimiliki masyarakat Jawa Barat ini merupakan potensi yang besar dalam
pengembangan pariwisata yang bercirikan lokal, yang dapat memperkuat citra
pariwisata Jawa Barat.
Sejarah
tidak hanya mencakup budaya dan proses perkembangan suatu masyarakat, tetapi
juga termasuk sejarah pembentukan alam. Sejarah alam Jawa Barat yang dimulai
bersamaan dengan terbentuknya Paparan Sunda pada zaman Plestosen (sekitar 3 -10
juta tahun yang lalu) menjadikan jawa Barat kaya akan fosil-fosilhewan purba
yang ditemukan di beberapa jalur yang dilalui hewan purba untuk bermigrasi
akibat peristiwa alam yang terjadi. Beberapa fosil hewan purba yang sudah
ditemukan di Jawa Barat terdapat di Kota Bekasi (fosil tanduk kepala kerbau)
dan Kabupaten Ciamis (fosil rahang dan tulang kaki stegodon, fosil taring kuda
nil, fosiltulang kaki banteng).
Sejarah
alam lainnya yang juga penting bagi Jawa Barat adalah terbentuknya Danau
Bandung akibat letusan Gunung Tangkuban Perahu sekitar 125.000 tahun yang lalu,
serta munculnya dataran-dataran tinggi dan rendah di Jawa Barat yang dimulai
pada akhir zaman Miosen dan berakhir pada zaman Pliosen. Sejarah alam inilah
yang membentuk kondisi fisik alam Jawa Barat pada saat ini.
Sejarah budaya Jawa
Barat tidak kalah menariknya dengan sejarah alam, walaupun pembabakan sejarah
budaya Jawa Barat masih terus diteliti lebih lanjut, terkait dengan penemuan
arkeologis dalam lima tahun belakangan ini, seperti Candi Jiwa di Karawang dan
Candi Bojong Menje di Kabupaten Bandung (Rancaekek), yang berumur lebih tua
daripada Candi Borobudur.
Sejarah
budaya Jawa Barat yang dimulai sejak masa prasejarah, 2 juta hingga 2000 juta
tahun yang lalu, menjadi daya tarik budaya yang khas, dengan ditemukannya fosil
pithecanthropus erectus beserta peralatan hidup nomadennya berupa kapak
perimbas di Tasikmalaya dan Ciamis. Peninggalan sejarah budaya Jawa Barat
lainnya yang menunjukkan perkembangan dari pola hidup nomaden menjadi pola
hidup menetap adalah kubur peti batu di Kuningan serta punden berundak situs
Gunung Padang di Cianjur.
Peninggalan
masa sejarah Jawa Barat yang menunjukkan pengaruh Hindu dan Budha yang begitu
kuat pada masa itu juga merupakan hal yang sangat menarik. Ditemukannya naskah
kuno Carita Parahyangan yang menyebutkan berdirinya Kerajaan Tarumanegara di
sebelah barat Sungai Citarum pada tahun 358 M, Prasasti Sanghyang Tapak di
Cibadak (Sukabumi), menjadi bukti sejarah kerajaan-kerajaan Jawa Barat. Bukti
lainnya yang memperkuat sejarah kerajaan di Jawa Barat adalah Prasasti Tugu,
Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, dan Prasasti Pasir Jambu.
Sejarah
penyebaran agama Islam di Jawa Barat juga meninggalkan buku buku yang sampai
kini masih dipertahankan keberadaannya, seperti bangunan dan kehidupan keraton
maupun ragam hias, dan ornamen flora yang menjadi ciri khas seni bangunan Jawa
Barat. Keraton-keraton yang merupakan pusat pemerintahan pada masa penyebaran
agama Islam di Jawa Barat. Sampai saat ini yang masih memiliki pengaruh cukup
kuat di masyarakat adalah Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton
Kacirebonan di Cirebon.
Penggunaan
ragam hias seperti sulur, tumpal, dan kepala ayam jantan pada wuwungan atau
bubungan atap pada bangunan-bangunan baru, selain menunjukkan ciri khas seni
bangunan Jawa Barat, juga diyakini sebagai penolak bala. Ornamen lainnya yang
hingga kini masih digunakan adalah “momolo”, yaitu ornamen yang digunakan pada
puncak atap bangunan mesjid dan keraton. Momolo merupakan peninggalan pengaruh
Hindu pada masa penyebaran islam di Jawa Barat. Momolo diyakini sebagai tempat
bersemayamnya para dewa dalam cerita Hindu.
Masa
perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia juga meninggalkan beberapa bukti
sejarah di Jawa Barat di Rengasdengklok, Karawang, sebagai salah satu pangkal
perjuangan kemerdekaan, terdapat tempat “disembunyikan” sementara dua tokoh
pemimpin pejuang kemerdekaan Soekarno dan Hatta menjelang disusunnya naskah
proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 di Jakarta. Tempat berlangsungnya
Perundingan Linggarjati antara Indonesia dan Belanda pada tahun 1947 dijadikan
museum di Kuningan.
Gedung
Merdeka, tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, saat ini
menjadi salah satu museum di Kota Bandung. Peristiwa “Bandung Lautan Api” yang
merupakan peristiwa pembakaran daerah (bumi hangus) Bandung Selatan oleh
pejuang-pejuang Jawa Barat karena tidak rela daerah mereka diduduki oleh
penjajah juga menjadi daya tarik sejarah Jawa Barat.
Kekayaan
sejarah Jawa Barat beserta peninggalannya yang begitu beragam dan khas
merupakan potensi yang besar bagi pariwisata Jawa Barat. Pengemasan cerita
sejarah melalui interpretasi yang baik dan menarik dapat meningkatkan nilai
tambah daya tarik wisata sejarah Jawa Barat dan tentu saja merupakan potensi
untuk menjaring wisatawan dalam jumlah yang lebih banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar